Kita semua memiliki mindset atau pola pikir, namun tidak semua
orang bermindset sama. Mengapa bisa terjadi perbedaan mindset? Ya karena manusia
berpikir, bertindak, dan menjalani hidup secara berbeda, dengan latar belakang
kehidupan yang bermacam-macam pula, pengalaman, pelatihan, atau cara belajar[1].
Terdapat jenis-jenis mindset, yaitu fixed
mindset dan growth mindset.
- Fixed mindset atau pola pikir tetap/kaku : menganggap sesuatu yang terjadi tidak dapat diubah, cenderung pesimis, negative, kualitas diri sudah ada sejak dilahirkan, tidak bisa berkembang.
- Growth mindset atau pola pikir berkembang : menganggap sesuatu yang terjadi secara optimis, positif, kualitas diri dapat diolah, dilatih sehingga dari tidak bisa menjadi bisa.
Sumber photo
: http://www.infinitycs.org.au/2019/06/11/growth-mindset/
Keterkaitan Mindset
dengan Proses Belajar
Proses belajar tidak hanya berlaku bagi anak-anak yang usia
PAUD sampai tingkat sekolah menengah atas saja, namun berlaku pula bagi orang
dewasa, karena belajar akan terus terjadi sampai akhir hayat manusia. Oleh
sebab itu, peranan mindset sangat penting dalam proses ini.
Berikut contoh sketsa singkat yang mendeskripsikan
keterkaitan fixed mindset vs growth mindset ini:
- Pak Joko sebagai seorang guru Bahasa Inggris kelas 8 di suatu SMP menganggap Santoso salah satu siswanya, tidak akan mahir berbahasa Inggris sampai kapanpun juga, karena nilai-nilai ujiannya selalu buruk, selain itu Santoso tidak pernah menunjukkan minatnya dalam berbahasa Inggris.
- Santoso seorang siswa yang memiliki tipe pembelajar aktif, dia sangat menikmati pembelajaran yang menuntut praktek daripada hanya mendengar penjelasan dan kemudian mencatatnya di buku tulis. Santoso juga senang dengan pembelajaran yang menggunakan media seperti video atau buku bacaaan karena jam pelajaran menjadi tidak membosankan.
- Pak Joko memasuki masa purna tugas (pensiun) sebagai guru, beliau digantikan oleh Ibu Susi untuk mengajar Bahasa Inggris.
- Ibu Susi mengajar Bahasa Inggris dengan menggunakan berbagai media, seperti video dari yang diunduh dari youtube untuk melatih skill conversation dan menambah vocabulary siswa. Untuk melatih kemampuan listening, Ibu Susi menggunakan tape recorder. Siswa diminta untuk berlatih dengan mencari vocabulary sesuai dengan tema pembelajaran.
- Santoso menjadi bersemangat untuk belajar Bahasa Inggris. Pada ujian semester, Santoso mendapatkan nilai yang lebih baik serta aspek kemampuan berbahasa Inggris lainnya memiliki kemajuan daripada sebelumnya, begitu pula teman-temannya yang lain.
- Ibu Susi memberikan apresiasi berdasarkan peningkatan yang siswanya raih. Ibu Susi mengapresiasi proses yang para siswa lakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
- Santoso menjadi lebih baik kualitas belajarnya, tidak hanya Bahasa Inggris tapi mata pelajaran lainnya pula. Santoso menyimpulkan bahwa pernyataan Pak Joko yang menganggap dirinya tidak akan berhasil adalah keliru, dan Santoso berpikir bahwa segala sesuatu dapat menjadi baik jika dia berusaha, berlatih, dan tak henti untuk belajar.
Mari kita kupas detail dibalik contoh tersebut:
- Pak Joko, seorang guru yang memiliki pola pikir tetap/kaku (fixed mindset).Menurutnya, Santoso sudah tak bisa berubah menjadi lebih baik. Baginya siswa harus mendengarkan penjelasannya dan mencatatnya secara rapi di buku tulis masing-masing, sehingga saat ujian tiba mereka bisa mempelajarinya secara baik.
- Ibu Susi, seorang guru yang memiliki pola pikir berkembang (growth mindset). Menurutnya setiap siswa tidak sama dalam belajar, ada yang menyukai metode ceramah, ada yang menyukai menonton video, ada pula yang menyenangi praktek. Oleh karena itu, Ibu Susi mempraktekkan berbagai metode dalam kegiatan mengajarnya agar dapat mengakomodasi berbagai tipe pembelajar siswa.
- Santoso adalah seorang siswa yang perlu bantuan orang dewasa dalam hal ini adalah guru untuk menggali potensinya, dan memfasilitasi potensinya tersebut supaya terbentuk menjadi lebih baik untuk mencapai hasil maksimal.
Mengembangkan Mindset
Dalam bukunya berjudul Mindset, Carol S. Dweck menyarankan
bagi para guru untuk selalu memberikan umpan balik tentang proses belajar yang siswa lakukan,
sehingga siswa mengetahui berada pada level yang mana kemampuannya, apa saja
yang harus ditingkatkannya ke depan, sehingga guru tidak perlu menurunkan
standar pelajarannya agar nilai (kualitas) siswa meningkat, karena percuma juga jika guru meningkatkan
standar pengajarannya tanpa memberikan siswa tentang cara untuk mencapainya,
itu pun tidak akan meningkatkan nilai (kualitasnya) secara signifikan .
Menjadi ideal jika guru yang memiliki mindset berkembang
dengan :
- Memberikan pengajaran yang berkualitas tinggi dan memberikan cara – informasi kepada siswa untuk meraih kualitasnya.
- Memberikan pujian, motivasi dan semangat kepada siswa yang berfokus pada proses yang dilakukan, atau strategi belajar yang digunakan, usaha yang dijalankan, atau pilihan yang siswa ambil. Sehingga pujian atau motivasi yang diberikan lebih konkrit diterima oleh siswa.
- Menyampaikan kritik membangun sebagai umpan balik proses belajar yang telah dilakukan oleh siswa, sehingga dapat membantu siswa memahami cara menyelesaikan problem yang dihadapi.
Change can be tough but I've never heard anybody say it wasn't worth it.
(Carol S. Dweck)
[1] Dweck,
Carol S., Mindset, Yogyakarta: Penerbit BACA, 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar