Senin, 05 Oktober 2015

Sabarnya Seorang Ibu

Wajahnya selalu tersenyum dan menampilkan keceriaan, tutur katanya selalu lembut dengan pemilihan kata-kata yang baik pula. Jika beliau marah, tak pernah meluapkan kemarahannya dengan volume suara yang hingar-bingar sehingga kedengaran tetangga yang mungkin akan membuat malu anak dan suaminya, atau menggunakan tangan kakinya, serta benda-benda lain untuk dipukulkan ke bagian badan anaknya, tidak pernah sekali pun! Tak pernah menggelari atau memberi label kepada anak, saat beliau merasa kesal terhadap sikap anaknya.

Ibu yang selalu menomor satukan kepentingan anaknya daripada kepentingan pribadinya. Kantuk dilawan untuk membuat sarapan spesial sebelum anak berangkat sekolah dan suami bekerja, atau sekedar untuk mendengarkan keluh kesah temannya yang sedang dilanda gejolak rumah tangga. Tetap melakukan aktivitas memasak, membersihkan rumah, mencuci menyetrika pakaian, karena tak memiliki asisten rumah tangga atau anggota keluarga lain yang membantu, semua dikerjakan sendiri. Walau terkadang dilanda sakit, beliau tak pernah mengeluh dan mendramatisir keadaan. Dapurnya tidak pernah bersih kecuali waktu sudah menunjukkan jam 11 malam, bisa dikatakan 24 jam dapur mengebul. Beliau memulai pagi dengan sarapan,  kemudian memasak beberapa menu makan siang, setelah itu membuat snack sore untuk anak-anaknya agar mereka tidak perlu jajan di luar rumah, setelah itu memasak untuk makan malam. Makanan yang terhidang sering kali fresh, dalam artian bukan hasil anget-angetan, pagi dimasak kemudian dihangatkan terus sampai malam atau sampai habis berhari-hari, tapi saat itu akan memakan, saat itu pula memasaknya.

Beliau yang mengajari dan menemani anak-anak mengaji setiap selesai shalat maghrib, mengajari shalat beserta bacaannya, melengkapi pengetahuan anak dengan membelikan buku dan majalah bacaan, menceritakan kisah-kisah heroik Rasulullah SAW beserta sahabatnya, mengantar anak yang sakit ke dokter, menghadapi kepala sekolah beserta guru saat anaknya membuat masalah di sekolah. 

Kesehariannya hanya memakai daster yang sudah lusuh dan robek pada bagian leher, atau lengan, terdapat beberapa jepitan peniti, atau jahitan tambalan, beliau tak memiliki pakaian bermerk, beliau membeli bahan kain kemudian menjahit sendiri kebaya atau baju kurungnya dengan menggunakan pola jahitan sederhana. Beliau tidak pernah meminta kepada suami untuk membelikannya baju baru. Perlengkapan make up yang dimiliki hanya bedak tabur merk viva kemudian berganti menjadi marck, dan bedak badan merk purol yang kemudian berganti menjadi herocyn, tidak ada lipstick revlon atau wardah, apalagi parfume mahal Bulgari atau Kenzo. Hanya itu saja.

Selalu melayani suami mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Mulai dari kopi pagi hingga kopi petang. Mulai dari rambut sampai ujung kaki. Mulai dari kobokan cuci tangan hingga serbet pengelap mulut. Semua dilayani untuk mengutamakan suami. Kamar dan seprai yang bersih, meja kerja yang tertata apik, buku-buku referensi pekerjaan yang tersusun rapi tanpa debu, gelas kopi khusus untuk suami, setiap suami akan makan, maka semua detail dipersiapkan, mangkok cuci tangan beserta serbet bersih, piring, sendok, nasi, beserta sayur dan lauk, sambal dan minuman. Tidak pernah melawan perkataan keras dari suami, beliau hanya diam dan diam walaupun hati tidak menerima. Atau mencela kekurangan suami dihadapan keluarganya atau orang lain, beliau sangat menghormati suaminya. Dibentak oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, beliau pun tetap tenang menyikapinya.    

Masa mudanya adalah gadis cantik pujaan setiap perjaka yang menjanjikan masa depan dan kehidupan yang tanpa kekurangan materi. Banyak yang terpikat kecantikannya serta potensi intelektualnya. Namun, beliau memilih pria yang sekarang menjadi suaminya, hidup dengan penuh kesederhanaan dan mengabdikan dirinya secara total untuk mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. She is the best mother in the world ever.

And... I knew this wonderful woman very well.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar