Sabtu, 04 Maret 2017

Apa Pentingnya? Nikmati Saja ... (Suatu Renungan)



Hey you sexy people.. This will be my last post on instagram & twitter.
.
I have decided that at this age (forever 24, of course) I need to really start living and enjoy every moment of my life, not busy trying to make a point or seek approval from strangers.
.
I want to whisper my gratefulness (and disappointments!) to my creator only, because we all know God listens to our heart, not reading our captions.
.
I want to tell a person how I feel & what I’m thinking by talking heart to heart, not post quotes I found on google search.
.
I want to go back to the days when I eat because it’s basic necessity, not because food
porn posts are considered cool. I want to wear certain outfit because it makes me feel comfortable, not because I have to post ootd (or because I got them free ).
.
I realize I have spent a little too much time doing unnecessary postings instead of engaging with my surrounding and living the moment. I need to interact & pay attention to those closest to me, as I have no guarantee of how much time I have left to spend with them.
.
I want to cherish my intimate memories within myself. you know the saying “tomorrow is only a promise”. I want others to speak of my achievements, without me having to shout about it on my posts. I want individuals to know me because they have met me and spent time with me, not because they read a sentence of my caption underneath a photo I posted after selecting from hundreds of pretentious selfies . and vice versa, I don’t want to think I know someone just because I follow him/her on social media.
.
So here it is, my last post. I made this with boomerang, tried at least 20x, edited with music, spent about 45 minutes overall to have this post on my ig page when I should be getting rid of my makeup half hour ago and get myself ready to prepare dinner. oh life on social media is exhausting and taking too much of my precious mommy-mode afternoon.
.
Thank you for being such lovely followers it’s been wonderful.

Demikian yang dituliskan oleh Sarah Sechan, presenter terkenal yang menyatakan berhenti beraktivitas di media sosial dengan alasan-alasan yang sangat mendasar.

Dari tulisan Sarah Sechan dan beberapa tulisan lainnya, membuat saya merenungi tentang segala wara-wiri, hiruk pikuknya media sosial, waktu dan segala hal yang mengiringinya.

Dalam renungan saya ...

Apa pentingnya mengumumkan kepada khalayak atau publik di media sosial tentang apa yang sedang kita, kami or kamu lakukan?

Kenapa perlu diumumkan atau mengupdate status di media sosial bahwa kamu sedang mendengarkan musik dari chainsmoker, atau coldplay, atau apalah...just enjoy it, tanpa perlu disibukkan dengan melihat siapa yang mengomentari atau menjempoli, atau merasa dicueki karena tak satu pun dari temanmu yang menjempoli atau mengomentari .. :D

Terpikirkan saja bahwa apa yang kita lakukan sebaiknya dinikmati saja, dinikmati seutuhnya, yes.. seutuhnya bersama dirimu atau bersama orang-orang disekitarmu, tanpa fokus dan perhatian terpecahkan pada media sosialmu, setiap detikmu, setiap menitmu, setiap jammu, karena...mereka tak akan kembali untuk diulangi L

Kadang terpikirkan saja oleh saya saat membaca timeline di media sosial, dengan diawali pemikiran dan pernyataan...apa pentingnya saya mengetahui ini atau itu.... untuk postingan yang bersifat personal, seperti :
Apa pentingnya orang lain (media sosial) mengetahui aktivitas pribadimu, keluargamu atau perasaan hatimu kepada pasanganmu..apalagi jika pasutri yang tinggal serumah kemudian mengutarakan perasaannya di media sosial, kenapa tidak diucapkan saja secara langsung kepada yang dimaksud? Kenapa harus di media sosial? Tentu saja kalian sebagai suami istri saling mencintai, apa perlu ditegaskan lewat media sosial?

Atau ...

Postingan poto diri dan caption yang tidak nyambung, maksudnya apa? Saya sering tak mengerti hal yang begini. Poto diri close up kemudian captionnya bersyukur dengan rezeki yang diberikan oleh Allah, atau bersabar dengan segala ujian, atau belajar dari alam raya, dan lain-lain... saya gagal paham :D

Atau ...

Ini yang paling bikin saya geli ... postingan tentang istri yang beraktivitas sebagai Ibu Rumah Tangga. Antara menerima kenyataan dan tidak (bagi yang sepertinya terpaksa ber-IRT karena memiliki anak, tinggal jauh dari kota, dll), aneh sekali membacanya, kadang memposting yang menyatakan keunggulan sebagai IRT, saling share yang merasa senasib, kemudian postingan yang menghimbau suami agar menghargai IRT dengan memberikan waktu untuk me time, piknik karena jenuh berada di rumah, atau yang bagi Ibu pekerja yang merasa bersalah meninggalkan anak karena bekerja sehingga mengurangi kebersamaan bersama anak untuk merawat, mendidik tumbuh kembangnya... saya gagal paham (lagi) tentang ini ...kenapa harus diluahkan di media sosial, semua soal pilihan saja. Tapi saya coba memahami, mungkin mereka mencari dukungan, pembenaran terhadap yang dialami.

Jadi, yang berseliweran di media sosial adalah hal-hal yang tidak penting. Belum lagi tentang perdebatan politik, sungguh menghabiskan waktu dan pikiran. Baiklah... saya tidak ingin renungan saya semakin liar, pernyataan Sarah Sechan cukup menginspirasi saya, mungkin saya belum bisa bersikap seperti beliau, tapi saya berniat untuk mengurangi kegiatan saya, terutama yang bersifat pribadi, keluarga dan pencapaian yang lebih kepada pamer untuk mendapatkan pengakuan berupa jempol atau komentar. Saya akan memposting atau berbagi postingan yang bersifat informatif saja dan seperlunya, jika penting untuk diketahui oleh orang lain, atau hal-hal yang menghibur dan inspiratif.

Curahan hati, isi perasaan, keluhan, emosi, biarlah menjadi ranah pribadi, tidak perlu diketahui banyak orang. Benar apa yang dituliskan Sarah Sechan “ ... I want others to speak of my achievements, without me having to shout about it on my posts, akan lebih menyenangkan jika orang lain mengetahuinya bukan melalui “pamernya” kita di media sosial, I felt it!
 
Berbeda rasanya J  Rasa ini pun terjadi untuk hal-hal lainnya, so just keep it private from social media, berasa seperti kejutan jika ternyata teman-temanmu mengetahui bahwa anakmu sudah besar, mendapat prestasi, ganteng dan cantik, dengan bertemu secara langsung atau dari orang lain yang mengenalmu juga, tanpa harus kamu upload kegiatan dan tumbuh kembangnya secara day by day, dan lain sebagainya.


Memang, kita bebas bermedia sosial, tapi mungkin bisa bijaksana dan berpikir kritis untuk menggunakannya, agar kehidupan kita tidak seperti ditelanjangi atau seperti ikan di aquarium.

Begitu.
 ===========================******===================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar