Rabu, 29 April 2015

A Picture Paints a Thousand Words

Saya suka traveling, kebetulan kerjaan  (beberapa tahun lalu) menuntut untuk dinas ke daerah-daerah...ya..gak melulu abidin sih untuk traveling, dari dana pribadi juga sering :) . Mengunjungi tempat-tempat baru yang belum pernah dikunjungi sebelumnya itu menyenangkan karena penuh misteri, kejutan-kejuatan apakah gerangan yang akan terjadi?? Selalu penasaran, dan merasa tertinggal sedikit iri jika ada yang kesana  dan menceritakan betapa kerennya tempat itu. 

Sesambi traveling, pastilah bawaannya kamera photo, jalan-jalan tanpa kamera? Serasa makan tanpa sambal..hehe, senjata tak boleh ditinggal komandan! Segenap jiwa dan raga menikmati indahnya pemandangan, tak kan lupa untuk mengingatnya dalam beberapa slide photo, karena moment tersebut tak kan terulang kembali.


Nah, berikut ini photo-photo yang berkesan yang berhasil saya bidik, selain photo-photo selfie nan narsis,  serasa ingin meloncat sejenak ke masa tersebut...doraemonnnn.. ;D

Saat mentari akan kembali beristirahat – Pantai Watukarung, Pacitan, Jawa Timur

Alam dan manusia, jika berdampingan dalam suasana nan syahdu, terasa damai - Shalat Idul Fitri, Sarangan, Magetan, Jawa Timur


Sasando, alat musik tradisional NTT, mengalunkan nada romantis bagi yang mendengarkan - Kupang, NTT

Rumah masyarakat Betun - Malaka, NTT

Kelereng atau guli... you are lucky boys! Masih bermain permainan ini - Betun, Malaka, NTT

Sesama pengguna jalan, harap bersabar – Macet karena rombongan kerbau lewat di Pulau Sumba, NTT

Hidup tenang dan damai dalam kebebasan nan bersahaja – Pulau Sumba, NTT

Mereka yang bertahan dengan identitas kebudayaannya, dalam keterbatasan dan keberlimpahan kekayaan alam – Pulau Sumba, NTT

Si lumba-lumba...makan dulu...jump-jump! Amazing...melihat sekelompok lumba-lumba di perairan luas begini, bukan di wahana tontotan dengan tiket Rp. 15.000,- an Masya Allah!! – Pantai Lovina, Bali
Mentari akan melaksanakan tugas dengan cantik di sepanjang hari – Pantai Lovina, Bali

Warna alam, lupa nama pantainya, yang pasti bersih, sepi, dan belum terekspos – Pulau Sumba, NTT


Banyak berjalan-jalan, ke luar dari rumah, ke luar dari daerah asal, pergi melihat daerah lain, belajar budaya, bahasa, makanan, serta cara pandang suku lain, mengajarkan bahwa hidup teramat kaya, begitu sayang untuk disia-siakan, apa pun kondisi yang dimiliki. Tidak ada kehidupan yang sempurna, tapi bersyukurlah tiada henti, Tuhan Maha Kaya dan Maha Adil, tak ada keraguan akan hal itu. 

Indonesia, semua yang cantik-cantik ada di sini! J


========================******=======================

Senin, 27 April 2015

Manusia Belajar Manusia

“Allah puts people in your life for a reason, and removes them from your life for a better reason.”
(FB: quranclub)

Tidak ada yang namanya kebetulan, semua pasti ada alasannya, dan Allah-lah yang Maha Mengetahui akan semua itu, manusialah yang menamakannya sebagai kebetulan. Jika dipikir lebih mendalam, akan kita pahami maksud dari semuanya, termasuk interaksi-interaksi yang kita lakukan sebagai makhluk sosial selama hayat masih dikandung badan.

Dahulu sering sekali mendapat nasehat dari orang-orang tua yang menyatakan bahwa teman yang baik akan membawa pengaruh yang baik kepada diri kita, kurang lebih seperti itu. Sering juga dengar kalimat ini : punya teman yang baik itu , seperti dekat dengan penjual minyak wangi, kita akan kecipratan wanginya minyak tersebut. Begitu pun sebaliknya, jika berteman dengan seseorang, yang kepribadiannya tidak bagus, maka kita pun akan kecipratan jeleknya, meskipun belum tentu kita buruk dalam berprilaku.

Nah.. dalam hal pertemanan ini, saya memiliki beberapa kesan baik terhadap teman-teman yang menurut saya memberikan pengaruh baik bagi tumbuh kembang saya hingga saya menjadi seperti ini. Teman yang memberikan pengaruh positif ya... pastinya saya ambil sebagai pelajaran, teman yang memberikan prilaku negatif...ya saya jadikan warning, bahwa saya tidak akan mencontoh prilakunya.


Saya mendapat pengandaian yang apik dari blog www.karikampakis.com, yang mengibaratkan teman sebagai orang-orang di balkon (balcony),  dan orang-orang di lantai dasar (basement): 

Balcony people are the love ones in your life who stand on the balcony to cheer you on.
They’re supportive and encouraging.
They energize you with their affirmation.

Basement people tear you down. They’re negative and critical. You cannot trust them.

It’s important to recognize who’s in the balcony of your life and who’s in the basement.
Because all of us were designed to BE affirmed and to GIVE affirmation to others.
And if we really want to be surrounded by balcony people, we have to stand on the balcony for others.

We have to push through our jealousies and insecurities so that when we’re cheering others on, our hearts are on the balcony with us.
They’re not secretly dwelling in the basement, hoping for others to fail.

Sesuai dengan pengalaman saya berinteraksi  selama ini, diantara mereka, dari sekedar kenal karena tuntutan pekerjaan, mereka ini ada yang menjadi sahabat, keluarga, atau hanya sekedar teman dan kenalan. Nah dari pengalaman tersebut,  saya mengklasifikasikan sikap dan prilaku teman-teman ini dalam contoh-contoh konkrit berdasarkan kacamata saya, ada teman-teman yang menjadi orang balkon dan orang basement, check it out:

Balcony People:
  • Memiliki prinsip yang tegas dan jelas dalam bekerja secara profesional.
  • Memiliki kejujuran dalam penggunaan keuangan yang bukan haknya, dan anti bohong untuk urusan pekerjaan.
  • Memperlakukan bawahan sebagai teman bahkan keluarga.
  • Serius dengan pekerjaan, meskipun memiliki kerjaan sampingan, tapi tidak membawanya ke kantor dan tidak mengganggu kinerja pokoknya.
  • Berani memperjuangkan hak-hak staf yang tertindas.
  • Bersikap sederhana dan apa adanya, dari penampilan dan cara bicara, dan apa yang dibicarakan.
  • Tidak akan mengorbankan hak libur staff/teman dengan alasan kerjaan yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya.
  • Memiliki komitmen yang tinggi terhadap waktu.
  • Mengapresiasi baik untuk hal-hal kecil yang diberikan dan dikerjakan.
  • Lebih banyak mendengarkan dengan penuh perhatian serta memberikan solusi yang tak terpikirkan.
  • Memberikan semangat dengan kata-kata yang membangun.
  • Mengerti apa yang dibutuhkan oleh teman/staffnya, apa yang disuka atau tidak, padahal tidak pernah diungkapkan.
  • Atasan yang siap melindungi staffnya jika terintimidasi karena pekerjaan yang dilakukan.
  • Tidak mencari selamat sendiri, tapi mari lakukan secara bersama-sama, susah- senang ditanggung bersama.
  • Tulus dalam bertindak, bukan berdasarkan ada kepentingan atau mengharapkan suatu timbal balik.
  • Tersenyum dengan ikhlas dan tertawa dengan lepas, bukan sesuatu yang diskenario untuk pencitraan diri.
  • Selalu percaya diri dengan kualitas pribadi, bukan mengandalkan siapa nama dibelakang dirinya, apakah keluarga bupati,  sepupunya dari pejabat ormas tertentu, bapaknya mantan kepala Dinas, etc.
  • Apa yang dibicarakan sesuai dengan apa yang dilakukan.
  • Bertanggungjawab. Jika seorang atasan, akan mengambil sikap dengan membela staffnya saat timbul masalah, bukan malah mencari siapa yang akan dijadikan kambing hitam (enakan sate kambing kan yaa...?).


Basement People :
  • Lebih banyak berbicara daripada bekerja. Memiliki segudang alasan agar orang lain yang melakukan pekerjaan tersebut daripada dirinya.
  • Berbicara banyak merupakan eksistensi diri, apalagi dalam forum-forum pertemuan yang dihadiri banyak pejabat. Maka akan keluar kosakata “ajaib” saat berbicara. Silahkan saja hal ini dilakukan bila dalam posisi sebagai narasumber.
  • Atasan lebih menganggap orang yang banyak berbicara lebih unggul daripada yang diam padahal sikap diam diambil karena sudah mengetahui, dan tidak ingin memperumit suasana.
  • Seringkali berbicara tidak langsung ke inti permasalahan, tapi berputar-putar saja, sebenarnya karena tidak memiliki ide yang cemerlang.
  • Menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi.
  • Sering bekerja lembur, bukan karena rajin atau overload pekerjaan, tapi karena tidak bisa management waktu serta tidak memiliki skala prioritas.
  • Ingin membuat semua orang senang. Semacam Sengkuni, yang tidak jelas sikapnya.
  • Memandang seseorang melalui penampilannya.
  • Selalu membanggakan latar belakang pendidikannya di luar negeri, teman-temannya di luar negeri, padahal tidak ada yang menanyakan, dan tidak ada kepentingannya untuk dikatakan (sesi interview sudah berlalu).
  • Selalu mencari makan gratisan, jarang nraktir, bakal lebih kenceng suaranya kalau ada yang ulang tahun, naik jabatan, atau pulang dari luar kota. Padahal saat gilirannya, dia akan diam saja.
  • Atasan ingin memperluas pengaruhnya kebawahan dengan sering mentraktir makan siang, tapi berusaha jangan sampai menggunakan uang pribadi, tapi dari uang perjalanan kantor, atau komisi dari vendor (ini namanya Politik Makan Siang Gratis bagi bos yang pelit, ogah rugi).
  • Sering menyebut nama-nama orang terkenal sebagai temannya (its annoying, sekedar kenal tapi berasa akrab, temannya teman jadi dianggap temannya juga).
  • Bermain aman, agar posisi aman, kesejahteraan ekonominya juga mapan dan nyaman, tidak perduli dengan bawahan atau teman yang lain, yang jelas bos besar senang meskipun harus menginjak hak-hak bawahan/teman. Tidak ada yang namanya semangat forsa seperti Kopassus (mimpi indah kalau ada yang begitu)
  • Lebih mementingkan uang daripada menjaga hubungan pertemanan (ke laut aja deh...)

Begitulah pembaca setia, contoh-contoh singkat dari orang-orang balkon dan basement dari keseharian di sekitar kita. Ambil yang baik, tinggalkan yang buruk. Contoh yang baik, buang yang jelek. Tidak mutlak memang, kadang pun saya menjadi orang balcony dan basement, be honest!! Saya berketetapan hati untuk selalu berusaha menjadi orang baik yang memiliki kepribadian yang baik pula, tidak ingin terlalu sibuk dengan urusan orang lain, biarlah kebenaran atas perjuangan yang saya lakukan hanya antara Allah dan saya yang mengetahuinya.

Terkait tentang balcony and basement people, saya teringat akan tulisan Buya Hamka yang mengulas tentang kepribadian seseorang dalam sebuah bukunya yang berjudul Pribadi, saya kutip bagian tulisannya, sebagai berikut:

  • Tinggi rendah pribadi seorang adalah karena bekas usaha hidupnya, caranya berfikir, tepatnya berhitung, jauhnya memandang, dan kuatnya semangat diri sendiri.
  • Meneropong suatu pribadi tidak boleh terpengaruh oleh rasa sayang dan rasa benci. Kerap kali terjadi, baru saja kita bertemu dengan seseorang, terus lekat sayang kita kepadanya. Atau kebalikannya. Padahal belum patut ada hubungan sayang dan benci dalam perkara itu.
  • Memang kadang-kadang kita sayang kepadanya karena ikhlasnya, mulia hatinya, setia, berani. Kita benci karena dia curang, tidak mengenal kejujuran, dan kejujurannya pun tidak pula pernah berkenalan dengan dia; bakhil, benalu, penohok kawan seiring, penggunting dalam lipatan.
  • Tetapi tidak pula kurang kita menyayangi seseorang, karena orang itu mau kita perkuda untuk kepentingan kita sendiri. Atau kita benci bukan karena dia bersalah, hanya karena kita sendiri seorang pendengki.
  • Amat perlulah kita mempelajari pribadi manusia. Tetapi leboh penting lagi sebagai kata Socrates yang terkenal: “... kenallah siapa dirimu, kenallah pribadimu sendiri!”
  • Tetapi haruslah kita insyaf pula, bahwasanya mengenal diri sendiri, seribu kali lebih sukar daripada keinginan hendak mengetahui pribadi orang lain.
  • Nabi Muhammad SAW. Bersabda : “Berbahagialah orang yang mementingkan menyelidiki cela dirinya sendiri, dan tidak hanya menyelidiki kecelaan orang lain”.

Ada beberapa kalimat dari teman yang diberikan kepada saya sebagai motivasi dan nasehat, kalimat tersebut diberikan tatkala saya berada dalam posisi down, enggan, takut, terintimidasi, dan suasana kebatinan lainnya yang mencekam.

Quotes from Balcony People:
  • Jangan pernah berhenti menjadi orang baik.
  • Yang penting ngotot dulu, benar atau salah? dipikir nanti... (tentang mempertanyakan “hal-hal ajaib” mengenai pekerjaan dan kebijakan dari atasan).
  • Hadapi keadaan ini sebagai your stepping stone, don’t give up.
  • God doesn’t give what you want, but what you need.


                         ========*****===========

Senin, 20 April 2015

Sudah Siap atau Belum?

Pada suatu sore, saya menerima telpon dari seorang teman lama saat bersekolah dulu.  Ia menceritakan segala keluh kesahnya tentang perkembangan anak pertamanya yang berusia 5 tahun 10 bulan. Sebut saja anaknya dengan nama Budi, dan Ibu adalah Bunda. Bunda mengatakan dengan nada penuh khawatir bahwa Budi sudah menginjak tahun kedua berada di TK, namun beberapa hari yang lalu, Bunda dipanggil guru TK-nya Budi. Ibu guru tersebut menjelaskan perkembangan Budi selama mengikuti proses belajar di TK tersebut, bahwa Budi memiliki prilaku yang special dalam proses belajar, special-nya adalah Budi sangat moody dalam belajar, kurang menunjukkan minat dan kurang fokus selama pelajaran, Budi nampak mudah bosan berada di kelas, walaupun begitu Budi mengerti instruksi guru yang diberikan kepadanya. Budi belum bisa menulis dan berhitung, serta Budi sulit bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Terakhir yang membuat Bunda semakin sedih yaitu kesimpulan akhir dari Ibu guru, beliau menyatakan bahwa Budi belum siap untuk melanjutkan ke SD. Padahal Budi selalu bertanya, kapan akan masuk SD. Menurut Bunda, tampaknya Budi sudah “capek” berada di TK, sehingga hal ini menjadi pikiran berat bagi Bunda.

Kisah di atas, mengingatkan saya pada suatu masa, ketika saya mengikuti kegiatan yaitu pelatihan untuk  menilai kesiapan anak bersekolah ( dari TK ke SD). Sebenarnya kegiatan ini dilakukan untuk kepentingan internal project pendidikan anak usia dini Save the Children. Saya berpikir ada baiknya untuk ditulis secara singkat tentang point-point penting yang bisa diaplikasikan oleh orangtua ataupun rekan-rekan pendidik untuk membantu anak-anak mempersiapkan dirinya bersekolah. Dan mungkin tulisan ini, bisa membantu bunda-bunda lainnya yang memiliki kisah serupa dengan Bunda Budi.

Penilaian kepada anak meliputi : perkembangan bahasa dan kemampuannya berkomunikasi; perkembangan kognitif; perkembangan fisik; dan perkembangan sosial emosional. Seorang anak bisa dikatakan siap bersekolah, sekilas bisa dipantau dari hal berikut :
  • Dapat mengikuti dan terlibat dalam diskusi kelompok kecil bersama teman-teman sebayanya.
  • Memahami bahasa yang digunakan, memiliki pengetahuan tentang buku, huruf, hal-hal yang tercetak, dan dapat menulis.
  • Dapat memecahkan masalah dan mengklasifikasikannya.
  • Dapat berinteraksi dengan orang-orang di luar keluarga inti, menunjukkan empati, menolong, mandiri, bisa bekerja sama, dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan.


Berikut saya tuliskan secara singkat materi penilaian kesiapan sekolah bagi anak yang diberikan saat pelatihan SC.  Ayah dan Bunda dapat melakukannya saat di rumah dalam suasana santai, sambil bermain, sehingga anak tidak merasa tertekan dengan kegiatan ini, pun yang tertulis di sini hanya sebagai acuan saja, Ayah dan Bunda bisa mengembangkannya dengan sumber-sumber referensi terkait lainnya. Anak dikatakan siap bersekolah, jika:
  1. Anak dapat melompat (maksimal 10 lompatan), dengan satu kaki dan satu arah.
  2. Anak dapat menunjukkan bagian-bagian buku, yaitu : sampul muka buku, bagaimana membuka halaman pertama buku, mengetahui bagian yang akan dibaca ( kata pertama, dan kata selanjutnya, serta arah membaca). 
  3. Anak dapat menghitung jumlah benda yang anda minta secara acak, dalam hitungan 1 – 20. Benda yang menjadi obyek, berupa biji-bijian atau balok. Misalnya : “tolong ambilkan 7 biji, tolong susun 3 balok”, dan seterusnya.
  4. Anak dapat menggambar sosok perempuan atau laki-laki, dilengkapi dengan bagian-bagian tubuh, seperti kepala, rambut, mata, mulut, hidung, tangan, kaki yang bisa dikenali walaupun tidak terlalu sempurna dan bagus.
  5. Anak mengetahui huruf-huruf, bisa menyebutkannya, akan lebih baik jika bisa menyebutkan awal huruf dari kata-kata yang diberikan.
  6. Anak dapat memberikan tanggapan sebagai pemecahan masalah yang anda berikan.
  7. Anak  dapat mengikuti instruksi yang anda berikan, misalnya: permainan ketuk-tepuk, tepuk-ketuk sesuai dengan irama yang anda berikan.
  8. Anak dapat menyebutkan berbagai kosakata yang terkait. Misanya, jika anak ke pasar tradisional, apa saja yang dapat dibelinya di pasar tersebut;  jika liburan ke kebun binatang, binatang , biantang apa saja yang terdapat di dalamnya?  Atau binatang apa saja yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya., dan seterusnya.
  9. Anak mengetahui berbagai bentuk : segitiga, segiempat, lingkaran, kubus.
  10. Anak dapat menjawab pertanyaan dari cerita pendek yang dibacakan.
  11. Anak bisa melengkapi pola gambar, contohnya: bulatan kalung setengah jadi, anak dapat melengkapinya menjadi bentuk kalung yang utuh.
  12. Anak dapat memegang pensil secara benar, serta anak dapat menulis namanya sendiri.
  13. Anak dapat mengungkapkan perasaannya melalui media gambar yang diperlihatkan. Contoh : gambar anak menangis, anak menyatakan seorang anak menangis karena merasa sedih mainan bonekanya rusak.
  14.  Anak mengenali angka dan dapat menyebutkannya dengan benar (maksimal dari 1 – 20).
  15. Anak dapat menggambar bentuk sesuai contoh yang diberikan.
  16. Anak bisa membedakan tentang ukuran dan isi, contoh : besar – kecil, penuh – kosong.
  17. Anak mengetahui matematika dasar : tambah dan kurang.
  18. Anak mengetahui nama-nama hari dalam seminggu.
  19. Anak mengetahui emosinya sendiri : apa yang membuatnya senang, sedih, atau marah.
  20. Anak mengetahui, kapan saat-saat penting untuk mencuci tangan.
  21. Anak dapat menyusun dan melengkapi puzzle.
Penilaian yang dilakukan kepada anak TIDAK bertujuan untuk mendapatkan hasil bahwa seorang anak bodoh atau pintar, layak atau tidak layak bersekolah, namun hasil penilaian tersebut akan kembali kepada orangtua dan sekolah. Jika ternyata beberapa point dibawah ini menunjukkan kondisi anak BELUM bisa melakukan atau BELUM mengetahui, artinya orangtua harus mengupayakan pendampingan lebih intensif kepada anak. 

Pendampingan intensif dapat dilakukan, jika orangtua ...
  • Berhasil mengurangi aktivitas anak dari game online yang selama ini mengasingkannya dari kegiatan outdoor bersama teman-teman sebayanya.
  • Berhasil membangun atmosphere belajar di rumah yang kondusif, tanpa TV yang menyala, seluruh anggota keluarga melakukan kegiatan belajar secara bersama-sama.
  • Berhasil mengkreasikan sumber dan alat belajar anak, tidak harus membeli poster alphabet, atau poster angka, akan lebih menyenangkan jika bisa mengkreasikannya bersama anak.
  • Berhasil membangun budaya baca, dengan menyediakan buku cerita yang menarik, memotivasi anak untuk menyenangi buku dan membaca, atau membuat perpustakaan mini di rumah.

Masih banyak upaya lainnya yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk anak mereka. Hanya semua upaya tersebut tetap berpulang kepada orangtua, agar sudi mencurahkan segenap waktu, tenaga, dan perhatian di antara kesibukan dan rutinitas yang mereka lalui.  Ada kutipan bagus terkait dengan pendidikan anak oleh Pablo Nerudo, “Encourage your child to ask questions and teach them how to seek the answer, in books, conversations, and dialogues".



Selasa, 14 April 2015

Ala kadarnya Namun Menyenangkan


Masa kanak-kanak adalah masa bermain. Tidak perduli kondisi disekitar mereka, apakah banjir, perang, orangtua bertengkar,jalanan macet, listrik mati, krisis air bersih, pemanasan global, mereka tetap bermain dengan suka cita. Ya, karena bermain adalah dunia anak-anak.
Melalui kegiatan bermain, baik secara individu ataupun secara berkelompok, membuat anak tanpa sengaja mempelajari banyak hal yang akan mempengaruhi tumbuh kembangnya secara mental. Anak belajar bersosialisasi, melatih kemandirian, berkomunikasi, berbagi, dan banyak hal lainnya.

Kegiatan bermain tidak terlepas dari alat permainan atau mainan. Meskipun ada kegiatan bermain yang tidak perlu mainan, namun memerlukan tempat seperti ruangan atau halaman. Pada saat ini, begitu mudah kita jumpai berbagai macam permainan yang dijual di pasaran, dari harga yang paling murah hingga paling mahal, dari bahan yang berkualitas aman untuk anak hingga yang tidak aman dan ramah bagi anak. Semua kembali kepada orangtua, sebagai orang yang paling dekat dengan anak, bagaimana peranan orangtua dalam memilah dan memilih mainan, bagaimana agar kegiatan bermain anak menjadi kegiatan bermakna, sehingga anak dapat belajar sambil bermain, learning by playing?

Sebenarnya, kegiatan bermain dapat dilakukan oleh orangtua bersama anak, tentu saja. Anak memiliki kecendrungan untuk aktif bergerak, dan orangtua sering mengeluh kesulitan untuk mendiamkan anak, atau “menduduk maniskan” anak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membuat sibuk anak, yaitu melakukan permainan yang melibatkan anak itu sendiri. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku bagi orangtua, yaitu orangtua memerlukan persiapan waktu dan tenaga, beberapa material, namun yang paling penting adalah pengetahuan, dan tanpa telivisi serta gadget. Kegiatan bermain bermain ini bisa dilakukan di dalam ruang ataupun luar ruang. Orangtua dapat menyesuaikan dengan kondisi saat itu. Berada di dalam ataupun di luar, keduanya sama-sama menyenangkan, sepanjang orangtua bisa mengkondisikan sebaik mungkin untuk anak.

Kegiatan bermain yang berada dalam ruangan, terutama untuk materialnya, tidak melulu mahal dengan mengeluarkan banyak lembaran rupiah dari dompet anda. Justru inilah manfaat yang dirasakan, menurut orang bijak, “tidak ada yang sia-sia”, setelah orangtua bersusah payah meluangkan waktu dan tenaga. Manfaat yang akan dirasakan selain menghemat pengeluaran isi dompet, karena menggunakan barang bekas disekitar, berupa kertas bekas, kotak-kotak susu, pasta gigi, kertas kartun, dan lain-lain, selain semakin mempererat hubungan orangtua dan anak, melatih imajinasi anak, mempelancar komunikasi, memperkaya perbendaharaan kosakata anak (bagi anak balita), anak dan orangtua aktif.

Kegiatan permainan itu diantaranya, bermain kertas boneka, membuat rumah barbie dari kotak-kotak bekas, membuat ikan magnet dari kertas dan paper clip, boneka tangan dari kaus kaki bekas, belanja di supermarket dengan menggunakan brosur belanja, dan lain-lain. Begitu pula untuk kegiatan bermain di luar ruangan, bisa menggunakan wilayah sekitar rumah, yaitu teras, halaman, atau yang lebih besar seperti taman komplek perumahan, taman kota, atau halaman sekolah saat sedang libur. Permainan yang dilakukan bisa berupa berkemah ala kadarnya di teras rumah dengan menggunakan kain sarung yang diikat ke beberapa kursi, outbond sederhana di taman kota, menyusun botol/balok , dan masih banyak lainnya.

Jadi, mulailah kita berpikir dari hal-hal sederhana yang berada di sekitar kita, tidak perlu mahal, hanya perlu ide kreatif dan kemauan. Are you ready Pa and Mom?