“Allah
puts people in your life for a reason, and removes them from your life for a
better reason.”
(FB: quranclub)
Tidak ada yang namanya
kebetulan, semua pasti ada alasannya, dan Allah-lah yang Maha Mengetahui akan
semua itu, manusialah yang menamakannya sebagai kebetulan. Jika dipikir lebih
mendalam, akan kita pahami maksud dari semuanya, termasuk interaksi-interaksi
yang kita lakukan sebagai makhluk sosial selama hayat masih dikandung badan.
Dahulu sering sekali mendapat nasehat
dari orang-orang tua yang menyatakan bahwa teman yang baik akan membawa
pengaruh yang baik kepada diri kita, kurang lebih seperti itu. Sering juga
dengar kalimat ini : punya teman yang baik itu , seperti dekat dengan penjual
minyak wangi, kita akan kecipratan wanginya minyak tersebut. Begitu pun
sebaliknya, jika berteman dengan seseorang, yang kepribadiannya tidak bagus,
maka kita pun akan kecipratan jeleknya, meskipun belum tentu kita buruk dalam
berprilaku.
Nah.. dalam hal pertemanan ini,
saya memiliki beberapa kesan baik terhadap teman-teman yang menurut saya
memberikan pengaruh baik bagi tumbuh kembang saya hingga saya menjadi seperti
ini. Teman yang memberikan pengaruh positif ya... pastinya saya ambil sebagai
pelajaran, teman yang memberikan prilaku negatif...ya saya jadikan warning, bahwa saya tidak akan mencontoh
prilakunya.
Saya mendapat pengandaian yang
apik dari blog www.karikampakis.com,
yang mengibaratkan teman sebagai orang-orang di balkon (balcony), dan orang-orang di
lantai dasar (basement):
Balcony people are the love
ones in your life who stand on the balcony to cheer you on.
They’re supportive and
encouraging.
They energize you with their
affirmation.
Basement people tear you down.
They’re negative and critical. You cannot trust them.
It’s important to recognize
who’s in the balcony of your life and who’s in the basement.
Because all of us were designed
to BE affirmed and to GIVE affirmation to others.
And if we really want to be
surrounded by balcony people, we have to stand on the balcony for others.
We have to push through our
jealousies and insecurities so that when we’re cheering others on, our hearts
are on the balcony with us.
They’re not secretly dwelling
in the basement, hoping for others to fail.
Sesuai dengan pengalaman saya
berinteraksi selama ini, diantara
mereka, dari sekedar kenal karena tuntutan pekerjaan, mereka ini ada yang
menjadi sahabat, keluarga, atau hanya sekedar teman dan kenalan. Nah dari
pengalaman tersebut, saya
mengklasifikasikan sikap dan prilaku teman-teman ini dalam contoh-contoh
konkrit berdasarkan kacamata saya, ada teman-teman yang menjadi orang balkon
dan orang basement, check it out:
Balcony
People:
- Memiliki prinsip yang tegas dan jelas dalam bekerja secara profesional.
- Memiliki kejujuran dalam penggunaan keuangan yang bukan haknya, dan anti bohong untuk urusan pekerjaan.
- Memperlakukan bawahan sebagai teman bahkan keluarga.
- Serius dengan pekerjaan, meskipun memiliki kerjaan sampingan, tapi tidak membawanya ke kantor dan tidak mengganggu kinerja pokoknya.
- Berani memperjuangkan hak-hak staf yang tertindas.
- Bersikap sederhana dan apa adanya, dari penampilan dan cara bicara, dan apa yang dibicarakan.
- Tidak akan mengorbankan hak libur staff/teman dengan alasan kerjaan yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya.
- Memiliki komitmen yang tinggi terhadap waktu.
- Mengapresiasi baik untuk hal-hal kecil yang diberikan dan dikerjakan.
- Lebih banyak mendengarkan dengan penuh perhatian serta memberikan solusi yang tak terpikirkan.
- Memberikan semangat dengan kata-kata yang membangun.
- Mengerti apa yang dibutuhkan oleh teman/staffnya, apa yang disuka atau tidak, padahal tidak pernah diungkapkan.
- Atasan yang siap melindungi staffnya jika terintimidasi karena pekerjaan yang dilakukan.
- Tidak mencari selamat sendiri, tapi mari lakukan secara bersama-sama, susah- senang ditanggung bersama.
- Tulus dalam bertindak, bukan berdasarkan ada kepentingan atau mengharapkan suatu timbal balik.
- Tersenyum dengan ikhlas dan tertawa dengan lepas, bukan sesuatu yang diskenario untuk pencitraan diri.
- Selalu percaya diri dengan kualitas pribadi, bukan mengandalkan siapa nama dibelakang dirinya, apakah keluarga bupati, sepupunya dari pejabat ormas tertentu, bapaknya mantan kepala Dinas, etc.
- Apa yang dibicarakan sesuai dengan apa yang dilakukan.
- Bertanggungjawab. Jika seorang atasan, akan mengambil sikap dengan membela staffnya saat timbul masalah, bukan malah mencari siapa yang akan dijadikan kambing hitam (enakan sate kambing kan yaa...?).
Basement
People :
- Lebih banyak berbicara daripada bekerja. Memiliki segudang alasan agar orang lain yang melakukan pekerjaan tersebut daripada dirinya.
- Berbicara banyak merupakan eksistensi diri, apalagi dalam forum-forum pertemuan yang dihadiri banyak pejabat. Maka akan keluar kosakata “ajaib” saat berbicara. Silahkan saja hal ini dilakukan bila dalam posisi sebagai narasumber.
- Atasan lebih menganggap orang yang banyak berbicara lebih unggul daripada yang diam padahal sikap diam diambil karena sudah mengetahui, dan tidak ingin memperumit suasana.
- Seringkali berbicara tidak langsung ke inti permasalahan, tapi berputar-putar saja, sebenarnya karena tidak memiliki ide yang cemerlang.
- Menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi.
- Sering bekerja lembur, bukan karena rajin atau overload pekerjaan, tapi karena tidak bisa management waktu serta tidak memiliki skala prioritas.
- Ingin membuat semua orang senang. Semacam Sengkuni, yang tidak jelas sikapnya.
- Memandang seseorang melalui penampilannya.
- Selalu membanggakan latar belakang pendidikannya di luar negeri, teman-temannya di luar negeri, padahal tidak ada yang menanyakan, dan tidak ada kepentingannya untuk dikatakan (sesi interview sudah berlalu).
- Selalu mencari makan gratisan, jarang nraktir, bakal lebih kenceng suaranya kalau ada yang ulang tahun, naik jabatan, atau pulang dari luar kota. Padahal saat gilirannya, dia akan diam saja.
- Atasan ingin memperluas pengaruhnya kebawahan dengan sering mentraktir makan siang, tapi berusaha jangan sampai menggunakan uang pribadi, tapi dari uang perjalanan kantor, atau komisi dari vendor (ini namanya Politik Makan Siang Gratis bagi bos yang pelit, ogah rugi).
- Sering menyebut nama-nama orang terkenal sebagai temannya (its annoying, sekedar kenal tapi berasa akrab, temannya teman jadi dianggap temannya juga).
- Bermain aman, agar posisi aman, kesejahteraan ekonominya juga mapan dan nyaman, tidak perduli dengan bawahan atau teman yang lain, yang jelas bos besar senang meskipun harus menginjak hak-hak bawahan/teman. Tidak ada yang namanya semangat forsa seperti Kopassus (mimpi indah kalau ada yang begitu)
- Lebih mementingkan uang daripada menjaga hubungan pertemanan (ke laut aja deh...)
Begitulah pembaca setia,
contoh-contoh singkat dari orang-orang balkon dan basement dari keseharian di sekitar kita. Ambil yang baik,
tinggalkan yang buruk. Contoh yang baik, buang yang jelek. Tidak mutlak memang,
kadang pun saya menjadi orang balcony dan basement, be honest!! Saya berketetapan hati untuk selalu berusaha menjadi
orang baik yang memiliki kepribadian yang baik pula, tidak ingin terlalu sibuk dengan
urusan orang lain, biarlah kebenaran atas perjuangan yang saya lakukan hanya
antara Allah dan saya yang mengetahuinya.
Terkait tentang balcony and
basement people, saya teringat akan tulisan Buya Hamka yang mengulas tentang
kepribadian seseorang dalam sebuah bukunya yang berjudul Pribadi, saya kutip
bagian tulisannya, sebagai berikut:
- Tinggi rendah pribadi seorang adalah karena bekas usaha hidupnya, caranya berfikir, tepatnya berhitung, jauhnya memandang, dan kuatnya semangat diri sendiri.
- Meneropong suatu pribadi tidak boleh terpengaruh oleh rasa sayang dan rasa benci. Kerap kali terjadi, baru saja kita bertemu dengan seseorang, terus lekat sayang kita kepadanya. Atau kebalikannya. Padahal belum patut ada hubungan sayang dan benci dalam perkara itu.
- Memang kadang-kadang kita sayang kepadanya karena ikhlasnya, mulia hatinya, setia, berani. Kita benci karena dia curang, tidak mengenal kejujuran, dan kejujurannya pun tidak pula pernah berkenalan dengan dia; bakhil, benalu, penohok kawan seiring, penggunting dalam lipatan.
- Tetapi tidak pula kurang kita menyayangi seseorang, karena orang itu mau kita perkuda untuk kepentingan kita sendiri. Atau kita benci bukan karena dia bersalah, hanya karena kita sendiri seorang pendengki.
- Amat perlulah kita mempelajari pribadi manusia. Tetapi leboh penting lagi sebagai kata Socrates yang terkenal: “... kenallah siapa dirimu, kenallah pribadimu sendiri!”
- Tetapi haruslah kita insyaf pula, bahwasanya mengenal diri sendiri, seribu kali lebih sukar daripada keinginan hendak mengetahui pribadi orang lain.
- Nabi Muhammad SAW. Bersabda : “Berbahagialah orang yang mementingkan menyelidiki cela dirinya sendiri, dan tidak hanya menyelidiki kecelaan orang lain”.
Ada beberapa kalimat dari teman
yang diberikan kepada saya sebagai motivasi dan nasehat, kalimat tersebut
diberikan tatkala saya berada dalam posisi down,
enggan, takut, terintimidasi, dan suasana kebatinan lainnya yang mencekam.
Quotes
from Balcony People:
- Jangan pernah berhenti menjadi orang baik.
- Yang penting ngotot dulu, benar atau salah? dipikir nanti... (tentang mempertanyakan “hal-hal ajaib” mengenai pekerjaan dan kebijakan dari atasan).
- Hadapi keadaan ini sebagai your stepping stone, don’t give up.
- God doesn’t give what you want, but what you need.
========*****===========
Tidak ada komentar:
Posting Komentar