Pada suatu sore,
saya menerima telpon dari seorang teman lama saat bersekolah dulu. Ia menceritakan segala keluh kesahnya tentang
perkembangan anak pertamanya yang berusia 5 tahun 10 bulan. Sebut saja anaknya
dengan nama Budi, dan Ibu adalah Bunda. Bunda mengatakan dengan nada penuh
khawatir bahwa Budi sudah menginjak tahun kedua berada di TK, namun beberapa
hari yang lalu, Bunda dipanggil guru TK-nya Budi. Ibu guru tersebut menjelaskan
perkembangan Budi selama mengikuti proses belajar di TK tersebut, bahwa Budi
memiliki prilaku yang special dalam proses belajar, special-nya adalah Budi
sangat moody dalam belajar, kurang
menunjukkan minat dan kurang fokus selama pelajaran, Budi nampak mudah bosan
berada di kelas, walaupun begitu Budi mengerti instruksi guru yang diberikan
kepadanya. Budi belum bisa menulis dan berhitung, serta Budi sulit bersosialisasi
dengan teman-teman sebayanya. Terakhir yang membuat Bunda semakin sedih yaitu
kesimpulan akhir dari Ibu guru, beliau menyatakan bahwa Budi belum siap untuk
melanjutkan ke SD. Padahal Budi selalu bertanya, kapan akan masuk SD. Menurut
Bunda, tampaknya Budi sudah “capek” berada di TK, sehingga hal ini menjadi
pikiran berat bagi Bunda.
Kisah di atas, mengingatkan
saya pada suatu masa, ketika saya mengikuti kegiatan yaitu pelatihan untuk menilai kesiapan anak bersekolah ( dari TK ke
SD). Sebenarnya kegiatan ini dilakukan untuk kepentingan internal project
pendidikan anak usia dini Save the Children. Saya berpikir ada baiknya untuk
ditulis secara singkat tentang point-point penting yang bisa diaplikasikan oleh
orangtua ataupun rekan-rekan pendidik untuk membantu anak-anak mempersiapkan
dirinya bersekolah. Dan mungkin tulisan ini, bisa membantu bunda-bunda lainnya
yang memiliki kisah serupa dengan Bunda Budi.
Penilaian kepada
anak meliputi : perkembangan bahasa dan kemampuannya berkomunikasi;
perkembangan kognitif; perkembangan fisik; dan perkembangan sosial emosional. Seorang
anak bisa dikatakan siap bersekolah, sekilas bisa dipantau dari hal berikut :
- Dapat mengikuti dan terlibat dalam diskusi kelompok kecil bersama teman-teman sebayanya.
- Memahami bahasa yang digunakan, memiliki pengetahuan tentang buku, huruf, hal-hal yang tercetak, dan dapat menulis.
- Dapat memecahkan masalah dan mengklasifikasikannya.
- Dapat berinteraksi dengan orang-orang di luar keluarga inti, menunjukkan empati, menolong, mandiri, bisa bekerja sama, dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan.
Berikut saya
tuliskan secara singkat materi penilaian kesiapan sekolah bagi anak yang
diberikan saat pelatihan SC. Ayah dan Bunda
dapat melakukannya saat di rumah dalam suasana santai, sambil bermain, sehingga
anak tidak merasa tertekan dengan kegiatan ini, pun yang tertulis di sini hanya
sebagai acuan saja, Ayah dan Bunda bisa mengembangkannya dengan sumber-sumber
referensi terkait lainnya. Anak dikatakan siap bersekolah, jika:
- Anak dapat melompat (maksimal 10 lompatan), dengan satu kaki dan satu arah.
- Anak dapat menunjukkan bagian-bagian buku, yaitu : sampul muka buku, bagaimana membuka halaman pertama buku, mengetahui bagian yang akan dibaca ( kata pertama, dan kata selanjutnya, serta arah membaca).
- Anak dapat menghitung jumlah benda yang anda minta secara acak, dalam hitungan 1 – 20. Benda yang menjadi obyek, berupa biji-bijian atau balok. Misalnya : “tolong ambilkan 7 biji, tolong susun 3 balok”, dan seterusnya.
- Anak dapat menggambar sosok perempuan atau laki-laki, dilengkapi dengan bagian-bagian tubuh, seperti kepala, rambut, mata, mulut, hidung, tangan, kaki yang bisa dikenali walaupun tidak terlalu sempurna dan bagus.
- Anak mengetahui huruf-huruf, bisa menyebutkannya, akan lebih baik jika bisa menyebutkan awal huruf dari kata-kata yang diberikan.
- Anak dapat memberikan tanggapan sebagai pemecahan masalah yang anda berikan.
- Anak dapat mengikuti instruksi yang anda berikan, misalnya: permainan ketuk-tepuk, tepuk-ketuk sesuai dengan irama yang anda berikan.
- Anak dapat menyebutkan berbagai kosakata yang terkait. Misanya, jika anak ke pasar tradisional, apa saja yang dapat dibelinya di pasar tersebut; jika liburan ke kebun binatang, binatang , biantang apa saja yang terdapat di dalamnya? Atau binatang apa saja yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya., dan seterusnya.
- Anak mengetahui berbagai bentuk : segitiga, segiempat, lingkaran, kubus.
- Anak dapat menjawab pertanyaan dari cerita pendek yang dibacakan.
- Anak bisa melengkapi pola gambar, contohnya: bulatan kalung setengah jadi, anak dapat melengkapinya menjadi bentuk kalung yang utuh.
- Anak dapat memegang pensil secara benar, serta anak dapat menulis namanya sendiri.
- Anak dapat mengungkapkan perasaannya melalui media gambar yang diperlihatkan. Contoh : gambar anak menangis, anak menyatakan seorang anak menangis karena merasa sedih mainan bonekanya rusak.
- Anak mengenali angka dan dapat menyebutkannya dengan benar (maksimal dari 1 – 20).
- Anak dapat menggambar bentuk sesuai contoh yang diberikan.
- Anak bisa membedakan tentang ukuran dan isi, contoh : besar – kecil, penuh – kosong.
- Anak mengetahui matematika dasar : tambah dan kurang.
- Anak mengetahui nama-nama hari dalam seminggu.
- Anak mengetahui emosinya sendiri : apa yang membuatnya senang, sedih, atau marah.
- Anak mengetahui, kapan saat-saat penting untuk mencuci tangan.
- Anak dapat menyusun dan melengkapi puzzle.
Penilaian yang
dilakukan kepada anak TIDAK bertujuan
untuk mendapatkan hasil bahwa seorang anak bodoh atau pintar, layak atau tidak
layak bersekolah, namun hasil penilaian tersebut akan kembali kepada orangtua
dan sekolah. Jika ternyata beberapa point dibawah ini menunjukkan kondisi anak BELUM bisa melakukan atau BELUM mengetahui, artinya orangtua
harus mengupayakan pendampingan lebih intensif kepada anak.
Pendampingan
intensif dapat dilakukan, jika orangtua ...
- Berhasil mengurangi aktivitas anak dari game online yang selama ini mengasingkannya dari kegiatan outdoor bersama teman-teman sebayanya.
- Berhasil membangun atmosphere belajar di rumah yang kondusif, tanpa TV yang menyala, seluruh anggota keluarga melakukan kegiatan belajar secara bersama-sama.
- Berhasil mengkreasikan sumber dan alat belajar anak, tidak harus membeli poster alphabet, atau poster angka, akan lebih menyenangkan jika bisa mengkreasikannya bersama anak.
- Berhasil membangun budaya baca, dengan menyediakan buku cerita yang menarik, memotivasi anak untuk menyenangi buku dan membaca, atau membuat perpustakaan mini di rumah.
Masih banyak upaya
lainnya yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk anak mereka. Hanya semua upaya
tersebut tetap berpulang kepada orangtua, agar sudi mencurahkan segenap waktu,
tenaga, dan perhatian di antara kesibukan dan rutinitas yang mereka lalui. Ada kutipan bagus terkait dengan pendidikan
anak oleh Pablo Nerudo, “Encourage your
child to ask questions and teach them how to seek the answer, in books, conversations,
and dialogues".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar