Selasa, 27 Oktober 2015

Selamat Pagi, Siang, Sore dan Malam - Morning and Friends

I Love Morning Athmosphere


Dengan sejumlah rasa dan perasaan yang menyertainya,  di pagi hari setelah menunaikan ibadah pagi  sebagai ritual penanda memulai hari, suasana menyertai dengan damai, ditandai dengan kicauan burung yang merdu seperti doa yang mereka panjatkan kepada penciptanya. Kicauan ini diiringi dengan terbitnya matahari, layaknya bunga yang merekah, warna-warni langit ikut menambah keindahan suasana pagi. Keindahan warna  layaknya sapuan di kanvas besar oleh sang Pencipta. Indah ciptaanNYA, indah pula keberadaanNYA. 

Kualitas udara yang segar, temperatur pun belum meningkat. Menghangatkan diri dengan segelas kopi atau teh serta makanan ringan sangatlah sesuai dilakukan pada saat ini, untuk mencapai keseimbangan jiwa dan raga. Aroma pagi nan segar, apalagi jika malam sebelumnya diguyur hujan, maka aroma tanah basah, daun-daun, rerumputan begitu menyenangkan. J

Pun di pagi hari, keberisikan suara belum menjadi-jadi, walaupun ada kesibukan dan keberisikan dari para ibu rumah tangga yang sudah bergegas sejak sebelum subuh atau sesudah subuh berkarya di dapur mereka, namun hal itu malah menambah sensasi keindahan pagi.

Berbeda dengan tambahan suara lain, jika matahari semakin meninggi, akan ada suara knalpot motor, dari yang lembut sampai membuat telinga sakit, dan emosi pun memuncak mendengar suara knalpot yang  semena-mena itu. Atau suara para penjual jajanan dan kebutuhan rumah tangga dengan berbagai nada dan caranya. Ada juga suara ketukan tukang tagih hutang, suara ketukan peminta sumbangan fiktif, suara ketukan sales, suara teriakan barang rongsokan, begitu banyak suara.

“Keberisikan” pagi merupakan tanda dimulainya kehidupan.

Spirit of the Day

Setelah pagi beranjak ikhlas perlahan berganti siang, maka hal-hal rutin akan dijalani, bahkan yang tak terduga sekalipun. Anak-anak pergi dan belajar di sekolah, guru-guru mengajar, para penjual mengupayakan keberuntungannya, para ibu memasak dan mengurus pekerjaan rumahnya, para bapak menjalani profesinya masing-masing. Kehadiran siang yang melelahkan akan mendapatkan hasil sesuai dengan hukum kewajaran.  Siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan hasilnya. Begitu pula dengan siang, ia menuntut kesungguhan dengan ritme, keseriusan, fokus, kesabaran, 




kecepatan, kebijaksanaan, ketulusan yang sebenarnya, meskipun kadang ada yang melakukan manipulasi, politisasi, pencitraan, yang penuh kepura-puraan, sehingga tak mudah untuk mengartikan sikap yang tampak serta perkataan yang terucapkan. Bukan salah siang, tapi manusia yang merusak semangat siang menjadi  suatu kefrustasian.

Kadang menjumpai hari yang cerah dengan langit yang membiru tanpa awan sehelai pun. Di saat ini, para ibu akan bersuka cita karena jemurannya yang telah direndam dengan pewangi dan pelembut pakaian sebelumnya akan kering mewangi, apalagi yang mempunyai anak bayi, namun kadang pula siang disertai mendung kelabu yang membuat perut ingin diisi dengan makanan yang hangat sedikit pedas, berupaya untuk selalu membawa payung atau pun jas hujan di bagasi motor agar tidak kebasahan kelak.

Akan banyak kejadian di siang hari.

Seruput Sore

Sore datang bersama dengan bertumpuknya kelelahan, kebahagiaan, kesuksesan, duka, cita, dan rencana-rencana masa depan. Sore merangkul semua itu dengan segala keadaannya; kecerahan yang meredup, keramaian yang menyepi.

Sore seperti rela untuk disandarkan akan semua penat , peluh, dan keluh kesah yang dirasakan.  Sore tak pernah luput untuk mempersiapkan panggung  pergantian matahari kepada rembulan dan bintang dengan pergantian yang romantis, terkadang dengan rinai hujan, ataupun kehangatan cahaya mentari sore yang bersahabat.

Pada sore, anak-anak akan menghabiskan waktunya untuk bersosialisasi di lapangan dengan bermain bola, badminton, bersepeda dengan tawa riangnya, atau orang dewasa yang memanfaatkan teras rumah ditemani gorengan, kopi, teh, coklat hangat, atau beberapa puntung rokok untuk dihembuskan asapnya, diiringi gelak tawa dan obrolan seputar harga beli dan jual kebutuhan hidup, situasi politik, keadaan tetangga, taruhan skor bola, gosip artis yang kawin cerai, dan masih banyak lagi yang sore itu terima.


Setelah mereka menyadari bahwa sore sudah tak lagi sepenuhnya sore, yang berarti mereka harus bergegas untuk menyudahi kegiatan-kegiatan tadi untuk berganti kepada malam.

Waktu sore adalah waktu “teduh”.

The Beauty of Night

Malam datang tanpa keraguan, dia tegas meneguhkan keberadaannya yang gelap. Namun, dengan kegelapannya, banyak sinar dan cahaya yang tampak. Lihatlah ke langit, tampaklah bintang yang berkelap kelip seperti mengajak bermain mata, kadang seperti tersenyum. Bila purnama tiba, sempurnalah keindahan malam.  Semua mahkluk bumi merasa bahagia untuk membuat puisi di hati mereka masing-masing akan keindahan malam. Semua lampu akan dinyalakan menambah semarak cahaya langit.

Binatang malam akan menambah kemesraan malam dengan senandung khas mereka. Jangkrik, kodok, burung hantu, merekalah artis sesungguhnya di malam hari. Tanpa suara mereka, maka kehidupan akan hampa makna.

Pada malam, anak-anak akan mempersiapkan diri untuk kegiatan esok hari, demikian pula yang dilakukan oleh orang dewasa.  Segenap rencana, cita, dan cinta, sebisa mungkin diungkapkan pada malam.

Malam menyerahkan keberadaannya bagi mahlukNYA untuk merenung dalam dan panjang akan proses kehidupan yang telah dan akan mereka lakukan. Malam bermaksud untuk membentuk makhlukNYA menjadi lebih baik pada keesokan harinya.

Malam akan menjadi dingin dan semakin dingin ketika mentari kembali bertugas.

Merengkuh malam untuk mendapatkan hari esok, dan kehidupan pun akan terus bergulir hingga Sang Pemilik Kehidupan menghentikannya.

======================================*******==========================================

Senin, 05 Oktober 2015

Sabarnya Seorang Ibu

Wajahnya selalu tersenyum dan menampilkan keceriaan, tutur katanya selalu lembut dengan pemilihan kata-kata yang baik pula. Jika beliau marah, tak pernah meluapkan kemarahannya dengan volume suara yang hingar-bingar sehingga kedengaran tetangga yang mungkin akan membuat malu anak dan suaminya, atau menggunakan tangan kakinya, serta benda-benda lain untuk dipukulkan ke bagian badan anaknya, tidak pernah sekali pun! Tak pernah menggelari atau memberi label kepada anak, saat beliau merasa kesal terhadap sikap anaknya.

Ibu yang selalu menomor satukan kepentingan anaknya daripada kepentingan pribadinya. Kantuk dilawan untuk membuat sarapan spesial sebelum anak berangkat sekolah dan suami bekerja, atau sekedar untuk mendengarkan keluh kesah temannya yang sedang dilanda gejolak rumah tangga. Tetap melakukan aktivitas memasak, membersihkan rumah, mencuci menyetrika pakaian, karena tak memiliki asisten rumah tangga atau anggota keluarga lain yang membantu, semua dikerjakan sendiri. Walau terkadang dilanda sakit, beliau tak pernah mengeluh dan mendramatisir keadaan. Dapurnya tidak pernah bersih kecuali waktu sudah menunjukkan jam 11 malam, bisa dikatakan 24 jam dapur mengebul. Beliau memulai pagi dengan sarapan,  kemudian memasak beberapa menu makan siang, setelah itu membuat snack sore untuk anak-anaknya agar mereka tidak perlu jajan di luar rumah, setelah itu memasak untuk makan malam. Makanan yang terhidang sering kali fresh, dalam artian bukan hasil anget-angetan, pagi dimasak kemudian dihangatkan terus sampai malam atau sampai habis berhari-hari, tapi saat itu akan memakan, saat itu pula memasaknya.

Beliau yang mengajari dan menemani anak-anak mengaji setiap selesai shalat maghrib, mengajari shalat beserta bacaannya, melengkapi pengetahuan anak dengan membelikan buku dan majalah bacaan, menceritakan kisah-kisah heroik Rasulullah SAW beserta sahabatnya, mengantar anak yang sakit ke dokter, menghadapi kepala sekolah beserta guru saat anaknya membuat masalah di sekolah. 

Kesehariannya hanya memakai daster yang sudah lusuh dan robek pada bagian leher, atau lengan, terdapat beberapa jepitan peniti, atau jahitan tambalan, beliau tak memiliki pakaian bermerk, beliau membeli bahan kain kemudian menjahit sendiri kebaya atau baju kurungnya dengan menggunakan pola jahitan sederhana. Beliau tidak pernah meminta kepada suami untuk membelikannya baju baru. Perlengkapan make up yang dimiliki hanya bedak tabur merk viva kemudian berganti menjadi marck, dan bedak badan merk purol yang kemudian berganti menjadi herocyn, tidak ada lipstick revlon atau wardah, apalagi parfume mahal Bulgari atau Kenzo. Hanya itu saja.

Selalu melayani suami mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Mulai dari kopi pagi hingga kopi petang. Mulai dari rambut sampai ujung kaki. Mulai dari kobokan cuci tangan hingga serbet pengelap mulut. Semua dilayani untuk mengutamakan suami. Kamar dan seprai yang bersih, meja kerja yang tertata apik, buku-buku referensi pekerjaan yang tersusun rapi tanpa debu, gelas kopi khusus untuk suami, setiap suami akan makan, maka semua detail dipersiapkan, mangkok cuci tangan beserta serbet bersih, piring, sendok, nasi, beserta sayur dan lauk, sambal dan minuman. Tidak pernah melawan perkataan keras dari suami, beliau hanya diam dan diam walaupun hati tidak menerima. Atau mencela kekurangan suami dihadapan keluarganya atau orang lain, beliau sangat menghormati suaminya. Dibentak oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, beliau pun tetap tenang menyikapinya.    

Masa mudanya adalah gadis cantik pujaan setiap perjaka yang menjanjikan masa depan dan kehidupan yang tanpa kekurangan materi. Banyak yang terpikat kecantikannya serta potensi intelektualnya. Namun, beliau memilih pria yang sekarang menjadi suaminya, hidup dengan penuh kesederhanaan dan mengabdikan dirinya secara total untuk mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. She is the best mother in the world ever.

And... I knew this wonderful woman very well.



Senin, 27 Juli 2015

Pelopor Active Learning – Belajar Sejarah- Muhammad Natsir

Pada suatu hari, penulis ingin membaca koleksi buku-buku lama, pilihan tangan menyentuh suatu buku tua, yaitu “ Muhammad Natsir – 70 tahun, Kenang-Kenangan Kehidupan dan Perjuangan”, Penerbit Pustaka Antara Jakarta, Cetakan pertama tahun 1978. Umur buku ini hampir sama dengan umur penulis (uhuk :D). Jujur, penulis kagum dengan kisah hidup Pak Natsir yang pemikiran, perjuangannya, kesederhanaan, keteguhan prinsipnya  sangat menginspirasi, tapi untuk membaca buku ini secara perlahan dan detail belum nemu waktunya, nah...sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat untuk menuliskannya...#hloh?

Penulis hanya akan menulis sedikiittt dari bagian buku ini, ya..selain untuk pembelajaran bagi penulis sendiri, juga bagian ini mencuri hati penulis...bikin my heart melted gituh ^_^, yaitu mengenai upaya pendidikan dalam rangka mencerdaskan anak bangsa yang dirintis oleh Pak Natsir, dan membayangkan saat itu, saat zaman Pak Natsir sekitar tahun 1930-an daaannnn...saat ini, let’s say 2000-an deh!

Allright, let’s start from kisah kegalauan salah satu Bapak bangsa kita... baca Bismillah dulu yukkks ;)

Mulai dari Bapak Natsir yang dilanda galau karena teramat sering menjumpai persoalan agama versus politik.  Masa itu, gerakan kebangsaan yang dipelopori Soekarno dan teman-temannya mengandung bibit-bibit kebencian dan memandang enteng kepada Islam. Meskipun menentang penjajahan,  tidak hanya partai PNI dengan Soekarno saja, terdapat partai lain, yaitu PSII yang lebih tua 15 tahun umurnya dari PNI – pimpinan Haji Agus Salim dan Haji Umar Said Cokroaminoto. Kemudian Natsir bergabung ke dalam PSII secara totalitas untuk melawan partai politik yang tidak berdasarkan cita-cita Islam, malah memaki-maki Islam.  Pada masa ini, lahirlah tulisan Natsir  tentang Islam dan kebangsaan melalui majalah “Pembela Islam” ataupun buku-buku yang ditulisnya dalam bahasa Belanda. Kebayang ya...begitu sesak “suasana kebatinan” Pak Natsir pada saat ini. Kalau sudah ada medsos, sepertinya Pak Natsir akan memiliki banyak followers :D

Dari keadaan tersebut, Pak Natsir menyimpulkan bahwa mengapa ada kelompok-kelompok  yang mengejek dan menentang Islam? Jawabannya karena pendidikan mereka sedari kecil, dan pergaulan mereka dalam masyarakat yang kebarat-baratan (sekarang juga gitu sih Pak...tulisan ini juga kebarat-baratan hehe). Sehingga Natsir berpikir, yang sudah tua, biarlah begitu, yang penting adalah generasi yang seumuran dengannya dan generasi yang akan datang agar tidak  begitu “buta” lagi selaku ummat Islam dan yang mengaku jadi ummat Islam. Zaman itu belum terlalu banyak sumber-sumber ilmu dan bacaan tentang agama, sedangkan sekarang? Tak ada alasan illiterate agama, asal ada kemauan saja untuk mempelajari agama yang diyakininya agar menjadi insan yang lebih baik, where there’s a will, there’s smith, oups!! Sorry there’s a way ;)

Dengan pemikiran tersebut, Pak Natsir berhasrat MENGUBAH sistem pendidikan dan pengajaran.  Melihat hasil pendidikan dari Pesantren dan Madrasah yang meluluskan siswa-siswa yang mengerti agama, namun buta akan perkembangan dunia, padahal Islam mendorong  kepada kemajuan dunia dan akhirat kan? Sedangkan pendidikan ala Barat yang diberikan oleh penjajahan Belanda saat itu, hanya mengisi otak saja, jiwanya kosong! Nah...ada kepincangan dari kedua sistem pendidikan tersebut. Setelah melalui proses perenungan dan diskusi panjang bersama teman-teman seperjuangannya, diambil keputusan untuk mendirikan suatu Taman Pendidikan Islam yang diperuntukkan untuk putera-puteri Islam.

Tercetuslah suatu sistem pendidikan sebagai penggabungan dari sistem pendidikan yang telah ada, yaitu sistem “Pendidikan Islam”  (Pendis) yang ringkasnya  bertujuan membentuk manusia yang seimbang. Seimbang kecerdasan otaknya dengan keimanannya kepada Allah dan Rasul. Seimbang ketajaman akalnya dan kemahiran tangannya untuk bekerja. Manusia yang percaya kepada kekuatan sendiri, bisa berdiri sendiri (selfhelp), dan tidak selalu bergantung kepada harga ijazah untuk makan gaji sebagai pegawai. “Manusia seimbang” ini dalam tulisan-tulisan Pak Natsir seringkali disebut dengan “ummatan wasathan”, umat yang berkeseimbangan. Berkeseimbangan  “dunia dan akhirat”, ummat yang menjadi pelopor, perintis jalan bagi manusia lainnya, serta menurutkan tuntunan serta langkah-langkah Rasulullah sebagai pelopornya.

Begitulah latar belakang terbentuknya sistem Pendidikan Islam yang hingga kini digunakan oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia.

Adapun praktek belajar-mengajar sistem Pendis-nya Pak Natsir ini menarik pemikiran penulis. Walaupun di buku ini tidak tertulis secara detail seperti modul-modul pelatihan untuk guru, tapi cukup memberikan gambaran besar untuk penulis sebagai gambaran yang keren.  Mengapa menarik? Mungkin sekitar 20-an tahunan kebelakang, kita (dunia pendidikan di Indonesia) sibuk membicarakan tentang pembelajaran siswa aktif yang menyenangkan (active and joyful learning), kurikulum KTSP sampe K13, pendidikan karakter, dst...dst... but..look, Pak Natsir sudah melakukannya  masbro dan mbakbro.. tahun 1932! (akyu juga baru ngeh hehehe-nya nyengir). 

Begini nih jalan ceritanya...

Apa-apa yang disampaikan di sekolah pemerintah Belanda, oleh Pendis juga diberikan, karena memang tujuannya kan begitu (baca lagi di bagian tulisan sebelumnya). Tapi dengan cara yang berbeda.  Pak Natsir tidak ingin menghabiskan waktu terlalu banyak bagi siswa untuk menghafal. Siswa harus lebih aktif, tidak passif menampung infromasi dari guru seperti beo! (Nah tuh kan, sistem pendidikan zaman orba sampe sekarang mengalami kemunduran rasanya, wong zaman Pak Natsir aja pelaksanaannya udah begini?).

Pendidikan agama diberikan sebagai mata pelajaran WAJIB! Setiap hari Jum’at dilakukan bersama-sama di gedung sekolah, terkadang yang menjadi khatib adalah murid kelas tertinggi di level Kweekschool (sebagai latihan public speaking, bagian dari life skills, dan kaderisasi khatib).

Diberikan pelajaran kerajinan tangan mulai dari kelas rendah sampai kelas tertinggi. Bagi siswa MULO dan Kweekschool seminggu sekali diberikan pelajaran berkebun di lahan satu hektar di wilayah Ciateul (praktek langsung cangkul-mencangkul dan tanam-menanam sepertinya, gak pake polybag :D )

Yang ini juga menarik... ada piano (jadi ingat Bang Haji :D). Nah piano dimainkan untuk mengiringi pelajaran menyanyi..tahun 1932 loh ya, ingat! Lagu-lagunya dikarang sendiri oleh guru menyanyi, bukan lagu unduhan :D, jadi lagu-lagunya tetap fresh, gak bosenin, nyanyiannya gak itu-itu aja! Siswa yang kelas tinggi juga diminta untuk mengarang lagu-lagu yang nanti akan diajarkan kepada adik-adik kelasnya. (Sebagai penyaluran bakat seni yang dimiliki siswa).

Setiap sekali dalam setahun diadakah malam “ibu-bapa”, semacam Pensi (Pentas Seni). Ada showcase dari siswa, seperti sandiwara, musik, dan tari-tarian. Pameran hasil kerajinan tangan siswa, yang kemudian dibeli oleh para orangtua. Pensi sekolah ini menjadi terkenal seantero kota Bandung karena bagus mutunya, setimpal dengan proses yang mereka jalani, yaitu latihan keras selama berbulan-bulan. Dari PROSES latihan tersebut terdapat pelajaran yang berharga bagi siswa dan guru-guru. Bagi guru, mereka lebih mengenal watak siswa-siswanya, sedangkan bagi siswa melatih membangun rasa percaya diri, mengikis “rasa kecil” dan tampil berani, bangga sebagai seorang Muslim dan Muslimah yang berkualitas!  

Selama 10 tahun berdiri (1932-1942) yang kemudian terpaksa ditutup pada masa penjajahan Jepang, Pendis telah menghasilkan lulusan yang tidak mengecewakan. Para alumnus terjun ke masyarakat. Mereka tidak mementingkan hendak menjadi pegawai negeri  seperti keluaran sekolah-sekolah  sederajat lainnya. Kalau mereka menjadi guru, mereka bekerja di sekolah partikelir (swasta) seperti Muhammadiyah. Bahkan ada yang berinisiatif mendirikan HIS “Pendis” di wilayah lain, seperti : Bogor, Cirebon, Jatinegara, Tanjung Priok, Pulau Bangka dan, Kalimantan. Ada pula pada zaman revolusi RI yang menjadi tentara bertempur memimpin pasukan. Ada yang menjadi  direktur SMP Pemerintah RI. Ada yang menjadi pegawai menengah di Jawatan Pendidikan Agama, dan ada yang menjadi anggota konstituante yang aktif. (Keren!)

Pandangan Pak Natsir yang menurut penulis, yaa... penulis banget :D
“Pak Natsir senantiasa lebih menghargakan kebebasan jiwa daripada kemewahan hidup. Sifat –sifat itu harus dipupuk dan dihidup-suburkan. Karena, seseorang tidak akan merasa gentar dan gamang menghadapai hari depan. Percaya akan kekuatan diri dan akan lindungan Ilahi yang pengasih lagi penyayang”.

Sekian – Wassalam

============***********=============

Senin, 20 Juli 2015

Angpou dari Pendeta Budha

Pada suatu pagi yang cerah masih dalam perayaan imlek, sekitar jam 10-an, saya sedang menyapu teras rumah sambil mendendangkan lagu di puncak bukit hijau-nya Iis Sugianto, kemudian saya dikejutkan suara sapaan lembut seorang Bapak tua, sebelum menjawab sapaan selamat paginya, saya tertegun menatap sosok Bapak ini yang berpakaian  dan berpenampilan putih, bersih, sederhana, dan menebarkan aroma khas ala orangtua yang wangi, saya terkesan untuk pandangan pertama.  Kemudian beliau menanyakan keberadaan Abah saya di rumah. Saya pun mempersilahkan beliau untuk masuk dan duduk serta memanggilkan Abah. Berikutnya saya diberitahukan oleh Abah, bahwa tamunya kali ini adalah seorang Pendeta Budha.

Tak lama  kemudian Abah menemui tamunya, saya pun mendapatkan intruksi dari Ibunda untuk mengantarkan  minuman dan hidangan sekedarnya. Selepas itu mereka mengobrol dengan penuh keakraban, mendengar suara Bapak Pendeta yang lembut , bersahutan dengan suara Abah saya. Sungguh harmonis hubungan pertemanan mereka. Sekitar 30 menit obrolan santai bergulir, minuman dan makanan kecil sudah dirasai, Bapak Pendeta Budha pamit undur diri, dan memanggil saya, beliau mendekati saya dan memberikan amplop merah, dengan mengucapkan kata-kata bijak, sekali lagi dengan penuh kelembutan!  Saya terkejut dengan pemberian beliau, amplop merah! Saya pun mengucapkan terima kasih, beserta Abah, saya melepas kepergian beliau sampai hilang pandangan punggungnya dari tatapan mata.

Saya membuka amplop merah tadi, dan isinya selembar uang  baru Rp. 5000,- (nominal yang besar pada saat itu). Saya simpan amplop tersebut selama bertahun-tahun, hingga saya teringat kembali dengan kesibukan angpou-mengangpou saat Hari Raya Idul Fitri kali ini. Saya teringat sosok Bapak Pendeta Budha yang baik dan lembut hati ini, saya teringat bahwa masa kecil saya tak begitu akrab dengan istilah angpou, saya teringat bahwa masa kecil saya tak terlalu paham dengan nilai uang, saya teringat bahwa toleransi antar umat beragama itu sudah ada sejak saya kecil dan sejak sebelum saya dilahirkan, saya teringat bahwa saya menikmati hidup dalam keberagaman antar agama, suku, budaya dan bahasa, saya teringat bahwa masa kecil saya terlalu sederhana dibandingkan dengan masa anak-anak kecil sekarang."
Angpou Idul Firi yang kekinian

 Keterangan:
Definisi “angpou” dalam kamus bahasa Mandarin : sebagai "uang yang dibungkus dalam kemasan merah sebagai hadiah; bonus bayaran; uang bonus yang diberikan kepada pembeli oleh penjual karena telah membeli produknya; sogokan" (https://id.wikipedia.org/wiki/Angpau).

Maknanya : Angpau umumnya muncul pada saat ada pertemuan masyarakat atau keluarga seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru, hari raya seperti tahun baru Imlek, memberi bonus kepada pemain barongsai, beramal kepada guru religius atau tempat ibadah, dan sebagainya. Pada pesta pernikahan, pasangan yang menikah biasanya diberi angpau oleh anggota keluarga yang lebih tua dan para undangan. Masyarakat yang masih teguh memegang budaya tradisional juga menggunakan angpau untuk membayar guru dan dokter.

Angpau melambangkan kegembiraan dan semangat yang akan membawa nasib baik. Warna merah angpau melambangkan ungkapan semoga beruntung dan mengusir energi negatif. Oleh sebab itu, angpau tidak diberikan sebagai ungkapan berbelasungkawa karena akan dianggap si pemberi bersukacita atas musibah yang terjadi di keluarga tersebut. (https://id.wikipedia.org/wiki/Angpau).

Senin, 11 Mei 2015

Temen Sore Asyik

Ketemu resep cemilan dari salah satu grup masak-memasak di FB. Resepnya mudah dari segi bahan dan praktis dari proses pembuatannya, hasilnya pun tak mengecewakan J

Waktu yang dibutuhkan sekitar 1 jam-an untuk menyelesaikannya. Mulai dari bahan yang diperlukan, adalah :
  • Kentang (sesuai kebutuhan)
  • Garam secukupnya
  • Keju (diparut)
  • Telur (1 telur atau lebih, sesuai kebutuhan)
  • Tepung roti

Caranya:

Kentang dikupas, potong-potong dan dikukus sampai empuk.

  • Haluskan kentang yang telah dikukus, ditambahkan garam dan keju parut, kemudian dibentuk lonjong, bulat, atau kotak ( sesuai selera tapi jangan terlalu kecil dan tipis).
  • Dinginkan kentang yang sudah terbentuk tadi beberapa saat, celupkan satu persatu kedalam telur yang dikocok, kemudian lumuri dengan tepung roti.


  • Masukkan kedalam freezer, keluarkan dan diamkan beberapa saat sebelum digoreng.
  • Siapkan saus sambal dan mayones untuk pelengkapnya.

Mudah, praktis, dan sehat. Menemani anda menikmati sore hingga senja datang, ditambah dengan secangkir kopi atau teh, sedapppp!!! Selamat mencoba J

=================================******===========================

Rabu, 29 April 2015

A Picture Paints a Thousand Words

Saya suka traveling, kebetulan kerjaan  (beberapa tahun lalu) menuntut untuk dinas ke daerah-daerah...ya..gak melulu abidin sih untuk traveling, dari dana pribadi juga sering :) . Mengunjungi tempat-tempat baru yang belum pernah dikunjungi sebelumnya itu menyenangkan karena penuh misteri, kejutan-kejuatan apakah gerangan yang akan terjadi?? Selalu penasaran, dan merasa tertinggal sedikit iri jika ada yang kesana  dan menceritakan betapa kerennya tempat itu. 

Sesambi traveling, pastilah bawaannya kamera photo, jalan-jalan tanpa kamera? Serasa makan tanpa sambal..hehe, senjata tak boleh ditinggal komandan! Segenap jiwa dan raga menikmati indahnya pemandangan, tak kan lupa untuk mengingatnya dalam beberapa slide photo, karena moment tersebut tak kan terulang kembali.


Nah, berikut ini photo-photo yang berkesan yang berhasil saya bidik, selain photo-photo selfie nan narsis,  serasa ingin meloncat sejenak ke masa tersebut...doraemonnnn.. ;D

Saat mentari akan kembali beristirahat – Pantai Watukarung, Pacitan, Jawa Timur

Alam dan manusia, jika berdampingan dalam suasana nan syahdu, terasa damai - Shalat Idul Fitri, Sarangan, Magetan, Jawa Timur


Sasando, alat musik tradisional NTT, mengalunkan nada romantis bagi yang mendengarkan - Kupang, NTT

Rumah masyarakat Betun - Malaka, NTT

Kelereng atau guli... you are lucky boys! Masih bermain permainan ini - Betun, Malaka, NTT

Sesama pengguna jalan, harap bersabar – Macet karena rombongan kerbau lewat di Pulau Sumba, NTT

Hidup tenang dan damai dalam kebebasan nan bersahaja – Pulau Sumba, NTT

Mereka yang bertahan dengan identitas kebudayaannya, dalam keterbatasan dan keberlimpahan kekayaan alam – Pulau Sumba, NTT

Si lumba-lumba...makan dulu...jump-jump! Amazing...melihat sekelompok lumba-lumba di perairan luas begini, bukan di wahana tontotan dengan tiket Rp. 15.000,- an Masya Allah!! – Pantai Lovina, Bali
Mentari akan melaksanakan tugas dengan cantik di sepanjang hari – Pantai Lovina, Bali

Warna alam, lupa nama pantainya, yang pasti bersih, sepi, dan belum terekspos – Pulau Sumba, NTT


Banyak berjalan-jalan, ke luar dari rumah, ke luar dari daerah asal, pergi melihat daerah lain, belajar budaya, bahasa, makanan, serta cara pandang suku lain, mengajarkan bahwa hidup teramat kaya, begitu sayang untuk disia-siakan, apa pun kondisi yang dimiliki. Tidak ada kehidupan yang sempurna, tapi bersyukurlah tiada henti, Tuhan Maha Kaya dan Maha Adil, tak ada keraguan akan hal itu. 

Indonesia, semua yang cantik-cantik ada di sini! J


========================******=======================

Senin, 27 April 2015

Manusia Belajar Manusia

“Allah puts people in your life for a reason, and removes them from your life for a better reason.”
(FB: quranclub)

Tidak ada yang namanya kebetulan, semua pasti ada alasannya, dan Allah-lah yang Maha Mengetahui akan semua itu, manusialah yang menamakannya sebagai kebetulan. Jika dipikir lebih mendalam, akan kita pahami maksud dari semuanya, termasuk interaksi-interaksi yang kita lakukan sebagai makhluk sosial selama hayat masih dikandung badan.

Dahulu sering sekali mendapat nasehat dari orang-orang tua yang menyatakan bahwa teman yang baik akan membawa pengaruh yang baik kepada diri kita, kurang lebih seperti itu. Sering juga dengar kalimat ini : punya teman yang baik itu , seperti dekat dengan penjual minyak wangi, kita akan kecipratan wanginya minyak tersebut. Begitu pun sebaliknya, jika berteman dengan seseorang, yang kepribadiannya tidak bagus, maka kita pun akan kecipratan jeleknya, meskipun belum tentu kita buruk dalam berprilaku.

Nah.. dalam hal pertemanan ini, saya memiliki beberapa kesan baik terhadap teman-teman yang menurut saya memberikan pengaruh baik bagi tumbuh kembang saya hingga saya menjadi seperti ini. Teman yang memberikan pengaruh positif ya... pastinya saya ambil sebagai pelajaran, teman yang memberikan prilaku negatif...ya saya jadikan warning, bahwa saya tidak akan mencontoh prilakunya.


Saya mendapat pengandaian yang apik dari blog www.karikampakis.com, yang mengibaratkan teman sebagai orang-orang di balkon (balcony),  dan orang-orang di lantai dasar (basement): 

Balcony people are the love ones in your life who stand on the balcony to cheer you on.
They’re supportive and encouraging.
They energize you with their affirmation.

Basement people tear you down. They’re negative and critical. You cannot trust them.

It’s important to recognize who’s in the balcony of your life and who’s in the basement.
Because all of us were designed to BE affirmed and to GIVE affirmation to others.
And if we really want to be surrounded by balcony people, we have to stand on the balcony for others.

We have to push through our jealousies and insecurities so that when we’re cheering others on, our hearts are on the balcony with us.
They’re not secretly dwelling in the basement, hoping for others to fail.

Sesuai dengan pengalaman saya berinteraksi  selama ini, diantara mereka, dari sekedar kenal karena tuntutan pekerjaan, mereka ini ada yang menjadi sahabat, keluarga, atau hanya sekedar teman dan kenalan. Nah dari pengalaman tersebut,  saya mengklasifikasikan sikap dan prilaku teman-teman ini dalam contoh-contoh konkrit berdasarkan kacamata saya, ada teman-teman yang menjadi orang balkon dan orang basement, check it out:

Balcony People:
  • Memiliki prinsip yang tegas dan jelas dalam bekerja secara profesional.
  • Memiliki kejujuran dalam penggunaan keuangan yang bukan haknya, dan anti bohong untuk urusan pekerjaan.
  • Memperlakukan bawahan sebagai teman bahkan keluarga.
  • Serius dengan pekerjaan, meskipun memiliki kerjaan sampingan, tapi tidak membawanya ke kantor dan tidak mengganggu kinerja pokoknya.
  • Berani memperjuangkan hak-hak staf yang tertindas.
  • Bersikap sederhana dan apa adanya, dari penampilan dan cara bicara, dan apa yang dibicarakan.
  • Tidak akan mengorbankan hak libur staff/teman dengan alasan kerjaan yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya.
  • Memiliki komitmen yang tinggi terhadap waktu.
  • Mengapresiasi baik untuk hal-hal kecil yang diberikan dan dikerjakan.
  • Lebih banyak mendengarkan dengan penuh perhatian serta memberikan solusi yang tak terpikirkan.
  • Memberikan semangat dengan kata-kata yang membangun.
  • Mengerti apa yang dibutuhkan oleh teman/staffnya, apa yang disuka atau tidak, padahal tidak pernah diungkapkan.
  • Atasan yang siap melindungi staffnya jika terintimidasi karena pekerjaan yang dilakukan.
  • Tidak mencari selamat sendiri, tapi mari lakukan secara bersama-sama, susah- senang ditanggung bersama.
  • Tulus dalam bertindak, bukan berdasarkan ada kepentingan atau mengharapkan suatu timbal balik.
  • Tersenyum dengan ikhlas dan tertawa dengan lepas, bukan sesuatu yang diskenario untuk pencitraan diri.
  • Selalu percaya diri dengan kualitas pribadi, bukan mengandalkan siapa nama dibelakang dirinya, apakah keluarga bupati,  sepupunya dari pejabat ormas tertentu, bapaknya mantan kepala Dinas, etc.
  • Apa yang dibicarakan sesuai dengan apa yang dilakukan.
  • Bertanggungjawab. Jika seorang atasan, akan mengambil sikap dengan membela staffnya saat timbul masalah, bukan malah mencari siapa yang akan dijadikan kambing hitam (enakan sate kambing kan yaa...?).


Basement People :
  • Lebih banyak berbicara daripada bekerja. Memiliki segudang alasan agar orang lain yang melakukan pekerjaan tersebut daripada dirinya.
  • Berbicara banyak merupakan eksistensi diri, apalagi dalam forum-forum pertemuan yang dihadiri banyak pejabat. Maka akan keluar kosakata “ajaib” saat berbicara. Silahkan saja hal ini dilakukan bila dalam posisi sebagai narasumber.
  • Atasan lebih menganggap orang yang banyak berbicara lebih unggul daripada yang diam padahal sikap diam diambil karena sudah mengetahui, dan tidak ingin memperumit suasana.
  • Seringkali berbicara tidak langsung ke inti permasalahan, tapi berputar-putar saja, sebenarnya karena tidak memiliki ide yang cemerlang.
  • Menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi.
  • Sering bekerja lembur, bukan karena rajin atau overload pekerjaan, tapi karena tidak bisa management waktu serta tidak memiliki skala prioritas.
  • Ingin membuat semua orang senang. Semacam Sengkuni, yang tidak jelas sikapnya.
  • Memandang seseorang melalui penampilannya.
  • Selalu membanggakan latar belakang pendidikannya di luar negeri, teman-temannya di luar negeri, padahal tidak ada yang menanyakan, dan tidak ada kepentingannya untuk dikatakan (sesi interview sudah berlalu).
  • Selalu mencari makan gratisan, jarang nraktir, bakal lebih kenceng suaranya kalau ada yang ulang tahun, naik jabatan, atau pulang dari luar kota. Padahal saat gilirannya, dia akan diam saja.
  • Atasan ingin memperluas pengaruhnya kebawahan dengan sering mentraktir makan siang, tapi berusaha jangan sampai menggunakan uang pribadi, tapi dari uang perjalanan kantor, atau komisi dari vendor (ini namanya Politik Makan Siang Gratis bagi bos yang pelit, ogah rugi).
  • Sering menyebut nama-nama orang terkenal sebagai temannya (its annoying, sekedar kenal tapi berasa akrab, temannya teman jadi dianggap temannya juga).
  • Bermain aman, agar posisi aman, kesejahteraan ekonominya juga mapan dan nyaman, tidak perduli dengan bawahan atau teman yang lain, yang jelas bos besar senang meskipun harus menginjak hak-hak bawahan/teman. Tidak ada yang namanya semangat forsa seperti Kopassus (mimpi indah kalau ada yang begitu)
  • Lebih mementingkan uang daripada menjaga hubungan pertemanan (ke laut aja deh...)

Begitulah pembaca setia, contoh-contoh singkat dari orang-orang balkon dan basement dari keseharian di sekitar kita. Ambil yang baik, tinggalkan yang buruk. Contoh yang baik, buang yang jelek. Tidak mutlak memang, kadang pun saya menjadi orang balcony dan basement, be honest!! Saya berketetapan hati untuk selalu berusaha menjadi orang baik yang memiliki kepribadian yang baik pula, tidak ingin terlalu sibuk dengan urusan orang lain, biarlah kebenaran atas perjuangan yang saya lakukan hanya antara Allah dan saya yang mengetahuinya.

Terkait tentang balcony and basement people, saya teringat akan tulisan Buya Hamka yang mengulas tentang kepribadian seseorang dalam sebuah bukunya yang berjudul Pribadi, saya kutip bagian tulisannya, sebagai berikut:

  • Tinggi rendah pribadi seorang adalah karena bekas usaha hidupnya, caranya berfikir, tepatnya berhitung, jauhnya memandang, dan kuatnya semangat diri sendiri.
  • Meneropong suatu pribadi tidak boleh terpengaruh oleh rasa sayang dan rasa benci. Kerap kali terjadi, baru saja kita bertemu dengan seseorang, terus lekat sayang kita kepadanya. Atau kebalikannya. Padahal belum patut ada hubungan sayang dan benci dalam perkara itu.
  • Memang kadang-kadang kita sayang kepadanya karena ikhlasnya, mulia hatinya, setia, berani. Kita benci karena dia curang, tidak mengenal kejujuran, dan kejujurannya pun tidak pula pernah berkenalan dengan dia; bakhil, benalu, penohok kawan seiring, penggunting dalam lipatan.
  • Tetapi tidak pula kurang kita menyayangi seseorang, karena orang itu mau kita perkuda untuk kepentingan kita sendiri. Atau kita benci bukan karena dia bersalah, hanya karena kita sendiri seorang pendengki.
  • Amat perlulah kita mempelajari pribadi manusia. Tetapi leboh penting lagi sebagai kata Socrates yang terkenal: “... kenallah siapa dirimu, kenallah pribadimu sendiri!”
  • Tetapi haruslah kita insyaf pula, bahwasanya mengenal diri sendiri, seribu kali lebih sukar daripada keinginan hendak mengetahui pribadi orang lain.
  • Nabi Muhammad SAW. Bersabda : “Berbahagialah orang yang mementingkan menyelidiki cela dirinya sendiri, dan tidak hanya menyelidiki kecelaan orang lain”.

Ada beberapa kalimat dari teman yang diberikan kepada saya sebagai motivasi dan nasehat, kalimat tersebut diberikan tatkala saya berada dalam posisi down, enggan, takut, terintimidasi, dan suasana kebatinan lainnya yang mencekam.

Quotes from Balcony People:
  • Jangan pernah berhenti menjadi orang baik.
  • Yang penting ngotot dulu, benar atau salah? dipikir nanti... (tentang mempertanyakan “hal-hal ajaib” mengenai pekerjaan dan kebijakan dari atasan).
  • Hadapi keadaan ini sebagai your stepping stone, don’t give up.
  • God doesn’t give what you want, but what you need.


                         ========*****===========

Senin, 20 April 2015

Sudah Siap atau Belum?

Pada suatu sore, saya menerima telpon dari seorang teman lama saat bersekolah dulu.  Ia menceritakan segala keluh kesahnya tentang perkembangan anak pertamanya yang berusia 5 tahun 10 bulan. Sebut saja anaknya dengan nama Budi, dan Ibu adalah Bunda. Bunda mengatakan dengan nada penuh khawatir bahwa Budi sudah menginjak tahun kedua berada di TK, namun beberapa hari yang lalu, Bunda dipanggil guru TK-nya Budi. Ibu guru tersebut menjelaskan perkembangan Budi selama mengikuti proses belajar di TK tersebut, bahwa Budi memiliki prilaku yang special dalam proses belajar, special-nya adalah Budi sangat moody dalam belajar, kurang menunjukkan minat dan kurang fokus selama pelajaran, Budi nampak mudah bosan berada di kelas, walaupun begitu Budi mengerti instruksi guru yang diberikan kepadanya. Budi belum bisa menulis dan berhitung, serta Budi sulit bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Terakhir yang membuat Bunda semakin sedih yaitu kesimpulan akhir dari Ibu guru, beliau menyatakan bahwa Budi belum siap untuk melanjutkan ke SD. Padahal Budi selalu bertanya, kapan akan masuk SD. Menurut Bunda, tampaknya Budi sudah “capek” berada di TK, sehingga hal ini menjadi pikiran berat bagi Bunda.

Kisah di atas, mengingatkan saya pada suatu masa, ketika saya mengikuti kegiatan yaitu pelatihan untuk  menilai kesiapan anak bersekolah ( dari TK ke SD). Sebenarnya kegiatan ini dilakukan untuk kepentingan internal project pendidikan anak usia dini Save the Children. Saya berpikir ada baiknya untuk ditulis secara singkat tentang point-point penting yang bisa diaplikasikan oleh orangtua ataupun rekan-rekan pendidik untuk membantu anak-anak mempersiapkan dirinya bersekolah. Dan mungkin tulisan ini, bisa membantu bunda-bunda lainnya yang memiliki kisah serupa dengan Bunda Budi.

Penilaian kepada anak meliputi : perkembangan bahasa dan kemampuannya berkomunikasi; perkembangan kognitif; perkembangan fisik; dan perkembangan sosial emosional. Seorang anak bisa dikatakan siap bersekolah, sekilas bisa dipantau dari hal berikut :
  • Dapat mengikuti dan terlibat dalam diskusi kelompok kecil bersama teman-teman sebayanya.
  • Memahami bahasa yang digunakan, memiliki pengetahuan tentang buku, huruf, hal-hal yang tercetak, dan dapat menulis.
  • Dapat memecahkan masalah dan mengklasifikasikannya.
  • Dapat berinteraksi dengan orang-orang di luar keluarga inti, menunjukkan empati, menolong, mandiri, bisa bekerja sama, dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan.


Berikut saya tuliskan secara singkat materi penilaian kesiapan sekolah bagi anak yang diberikan saat pelatihan SC.  Ayah dan Bunda dapat melakukannya saat di rumah dalam suasana santai, sambil bermain, sehingga anak tidak merasa tertekan dengan kegiatan ini, pun yang tertulis di sini hanya sebagai acuan saja, Ayah dan Bunda bisa mengembangkannya dengan sumber-sumber referensi terkait lainnya. Anak dikatakan siap bersekolah, jika:
  1. Anak dapat melompat (maksimal 10 lompatan), dengan satu kaki dan satu arah.
  2. Anak dapat menunjukkan bagian-bagian buku, yaitu : sampul muka buku, bagaimana membuka halaman pertama buku, mengetahui bagian yang akan dibaca ( kata pertama, dan kata selanjutnya, serta arah membaca). 
  3. Anak dapat menghitung jumlah benda yang anda minta secara acak, dalam hitungan 1 – 20. Benda yang menjadi obyek, berupa biji-bijian atau balok. Misalnya : “tolong ambilkan 7 biji, tolong susun 3 balok”, dan seterusnya.
  4. Anak dapat menggambar sosok perempuan atau laki-laki, dilengkapi dengan bagian-bagian tubuh, seperti kepala, rambut, mata, mulut, hidung, tangan, kaki yang bisa dikenali walaupun tidak terlalu sempurna dan bagus.
  5. Anak mengetahui huruf-huruf, bisa menyebutkannya, akan lebih baik jika bisa menyebutkan awal huruf dari kata-kata yang diberikan.
  6. Anak dapat memberikan tanggapan sebagai pemecahan masalah yang anda berikan.
  7. Anak  dapat mengikuti instruksi yang anda berikan, misalnya: permainan ketuk-tepuk, tepuk-ketuk sesuai dengan irama yang anda berikan.
  8. Anak dapat menyebutkan berbagai kosakata yang terkait. Misanya, jika anak ke pasar tradisional, apa saja yang dapat dibelinya di pasar tersebut;  jika liburan ke kebun binatang, binatang , biantang apa saja yang terdapat di dalamnya?  Atau binatang apa saja yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya., dan seterusnya.
  9. Anak mengetahui berbagai bentuk : segitiga, segiempat, lingkaran, kubus.
  10. Anak dapat menjawab pertanyaan dari cerita pendek yang dibacakan.
  11. Anak bisa melengkapi pola gambar, contohnya: bulatan kalung setengah jadi, anak dapat melengkapinya menjadi bentuk kalung yang utuh.
  12. Anak dapat memegang pensil secara benar, serta anak dapat menulis namanya sendiri.
  13. Anak dapat mengungkapkan perasaannya melalui media gambar yang diperlihatkan. Contoh : gambar anak menangis, anak menyatakan seorang anak menangis karena merasa sedih mainan bonekanya rusak.
  14.  Anak mengenali angka dan dapat menyebutkannya dengan benar (maksimal dari 1 – 20).
  15. Anak dapat menggambar bentuk sesuai contoh yang diberikan.
  16. Anak bisa membedakan tentang ukuran dan isi, contoh : besar – kecil, penuh – kosong.
  17. Anak mengetahui matematika dasar : tambah dan kurang.
  18. Anak mengetahui nama-nama hari dalam seminggu.
  19. Anak mengetahui emosinya sendiri : apa yang membuatnya senang, sedih, atau marah.
  20. Anak mengetahui, kapan saat-saat penting untuk mencuci tangan.
  21. Anak dapat menyusun dan melengkapi puzzle.
Penilaian yang dilakukan kepada anak TIDAK bertujuan untuk mendapatkan hasil bahwa seorang anak bodoh atau pintar, layak atau tidak layak bersekolah, namun hasil penilaian tersebut akan kembali kepada orangtua dan sekolah. Jika ternyata beberapa point dibawah ini menunjukkan kondisi anak BELUM bisa melakukan atau BELUM mengetahui, artinya orangtua harus mengupayakan pendampingan lebih intensif kepada anak. 

Pendampingan intensif dapat dilakukan, jika orangtua ...
  • Berhasil mengurangi aktivitas anak dari game online yang selama ini mengasingkannya dari kegiatan outdoor bersama teman-teman sebayanya.
  • Berhasil membangun atmosphere belajar di rumah yang kondusif, tanpa TV yang menyala, seluruh anggota keluarga melakukan kegiatan belajar secara bersama-sama.
  • Berhasil mengkreasikan sumber dan alat belajar anak, tidak harus membeli poster alphabet, atau poster angka, akan lebih menyenangkan jika bisa mengkreasikannya bersama anak.
  • Berhasil membangun budaya baca, dengan menyediakan buku cerita yang menarik, memotivasi anak untuk menyenangi buku dan membaca, atau membuat perpustakaan mini di rumah.

Masih banyak upaya lainnya yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk anak mereka. Hanya semua upaya tersebut tetap berpulang kepada orangtua, agar sudi mencurahkan segenap waktu, tenaga, dan perhatian di antara kesibukan dan rutinitas yang mereka lalui.  Ada kutipan bagus terkait dengan pendidikan anak oleh Pablo Nerudo, “Encourage your child to ask questions and teach them how to seek the answer, in books, conversations, and dialogues".